Kamis, 19 Januari 2012

Bimbingan dan konseling di sekolah (Bimbingan dan konseling 6)

Kebutuhan akan Bimbingan

Mulanya bimbingan dipusatkan untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pekerjaan, terutama pemilihan pekerjaan bagi orang-orang muda. Tujuannya adalah untuk menurunkan kenakalan remaja dimana banyak remaja putus sekolah yang tidak mampu memanfaatkan waktu luang mereka sehingga mengisinya dengan melakukan kenakalan.

Dalam kenyataan, tujuan akhirnya bukan hanya mengarahkan remaja untuk mencari pekerjaan tetapi membantu mereka untuk dapat membuat pilihan yang bijaksana, yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masing-masing. Pilihan inilah yang diharapkan dapat mengarah pada didapatkannya kehidupan yang memuaskan mereka dan yang berdaya-guna bagi masyarakat.

Bimbingan dibutuhkan pada saat keputusan untuk menentukan pilihan yang harus dilaksanakan karena :

1. telah dijelaskan dalam pengertian bahwa bimbingan merupakan bantuan untuk membuat keputusan yang bijaksana mengenai pilihan.

2. bila tidak ada pilihan, bimbingan diperlukan untuk membantu individu memahami dan menerima situasi tanpa pilihan ini.

3. bimbingan diperlukan ketika orang tidak sadar bahwa ia masih mempunyai pilihan lain.

4. bimbingan diperlukan pada saat seseorang dalam keadaan tidak optimal untuk membuat keputusan.

Bimbingan tidak hanya diberikan pada masa-masa krisis dengan anggapan tujuan bimbingan tidak hanya menyembuhkan luka atau prevensi, tetapi bimbingan juga mengarahkan agar perkembangan individu mencapai taraf seoptimal mungkin.

Tujuan

Tujuan bimbingan dan konseling tidak hanya remedial, tetapi lebih menekankan peningkatan perkembangan dan penyesuaian diri sebagai sarana preventif. Perbedaan ketiga tujuan tersebut adalah sebagai berikut ini :

1. Tujuan remedial adalah tujuan yang diarahkan agar siswa berfungsi pada tingkat normal menurut kelompok dan budayanya. Misalnya, seseorang yang terlalu cemas menghadapi suatu situasi dianggap perlu mendapatkan bantuan pelayanan.

2. Tujuan yang sifatnya peningkatan perkembangan memusatkan perhatian untuk membantu siswa mencapai kemampuan psikologis semaksimal mungkin sesuai tingkat perkembangan pada usianya dimana telah dipahami bahwa periode perkembangan tertentu menuntut tercapainya tugas-tugas tertentu. Misalnya tugas perkembangan menurut Erickson.

3. Tujuan preventif pada dasarnya adalah usaha mengurangi kebutuhan untuk intervensi konseling remedial. Tercapainya tujuan ini dapat menghemat tenaga, waktu dan dana yang diperlukan untuk intervensi remedial. Misalnya, adanya latihan pengembangan diri bagi murid dapat mencegah keonaran akibat konflik antar siswa maupun antar siswa dengan guru.

Sikap dan keterampilan konselor

Kepribadian konselor bukanlah hal yang penting melainkan bagaimana sikap dan keterampilan konselor dalam konseling. Ada beberapa gambaran mengenai sikap dan keterampilan konselor :

1. Perilaku yang mengandung Etika --> konselor yang menunjukkan perilaku menjaga rahasia memperlihatkan sikap professional terhadap pekerjaannya dan berprilaku yang menganut etika.

2. Fleksibilitas --> Konselor harus waspada pada perubahan sikap siswa dan harapan siswa terhadap dirinya.

3. Kompetensi intelektual --> Keterampilan konselor dibangun berdasarkan pemahaman mengenai perilaku manusia, pemikiran yang perseptif, dan kemampuan untuk mengintegrasikan kejadian sekarang dengan latihan dan pengalaman pada masa lalu. Kemampuan berpikir sistematis dan logis terbukti penting untuk membantu siswa merumuskan sasaran, menempatkan kejadian pada perspektif yang tepat, mempertimbangkan alternatif, dan mengukur keberhasilan konseling.

4. Penerimaan --> Brammer dan Shostrom (1977) menyarankan agar konselor melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan penerimaan terhadap siswa, dengan cara : menganggap siswa sebagai manusia yang berharga dan berkehormatan, menerima hak siswa untuk membuat keputusan bagi diri siswa sendiri, percaya bahwa siswa memiliki potensi untuk memilih dengan bijaksana, dan memahami bahwa siswa bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

5. Pengertian --> Siswa merasa dimengerti jika komunikasi dengan konselor pada tingkat perasaan, dan konselor menunjukkan bahwa ia mengerti dunia siswa dan mempersepsikan keraguan atau harapan seperti yang dirasakan oleh siswa tersebut. Komunikasi dapat bersifat verbal dan nonverbal. Konselor yang pengertian dapat membantu siswa untuk : merumuskan sasaran, membebaskan pikiran siswa agar dapat mengeksplorasi aspek-aspek masalahnya yang belum tergali olehnya, merumuskan alternatif-alternatif, mengubah atau belajar perilaku tertentu, dan memperkirakan akibat-akibat yang mungkin akan terjadi.

6. Kepekaan --> Konselor hendaknya jujur dan tulus dalam sikapnya dikarenakan siswa sangat peka terutama terhadap tipuan-tipuan ringan dalam berbincang-bincang.

Daftar Pustaka
Sukadji, Soetarlinah.2000. Psikologi Pendidikan & Psikologi Sekolah. Depok : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar