Rabu, 17 November 2010

Observasi Kegiatan Proses Belajar TK Cahaya Harapan

IDENTITAS SEKOLAH


1. Lokasi dan waktu observasi
Lokasi
TK Cahaya Harapan
Jl. Kamboja No.8 Tanjung Rejo
Medan




Foto Guru beserta Murid-Murid TK Cahaya Harapan

Waktu Observasi
Tanggal 4 November 2010 (Hari Kamis) Jam : 08.00 - 09.15 , Observasi
Tanggal 5 November 2010 (Hari Jumat) Jam : 09.00-10.00, Observasi dan wawancara

2. Subyek dan obyek yang diobservasi
Subyek : Murid-Murid TK Cahaya Harapan yang berjumlah 12 orang

Obyek : Observasi pada hari Kamis dilakukan saat awal murid-murid masuk ke dalam kelas, pembukaan proses belajar (bernyanyi) dan masuk kepada pelajaran mengenal angka

Observasi pada hari Jumat dilakukan saat murid-murid bermain dikarenakan pada hari jumat, murid-murid hanya belajar dari jam 8-10 pagi.


HASIL OBSERVASI

Setting Kelas :

Didalam kelas terdapat gambar-gambar dan poster binatang, buah-buahan, huruf, angka dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dan dilengkapi juga dengan jam dinding, tempat sampah, aquarium, kipas angin, dan rak tempat penyimpanan tas anak-anak.











Untuk membantu anak dalam proses belajar, di dalam kelas terdapat satu white board. Di dekat white board diletakkan sebuah lemari yang berfungsi untuk menyimpan buku-buku murid, buku-buku pelajaran, serta peralatan tulis guru. Ada empat meja persegi dimana setiap kursi berada di sisi meja sehingga totalnya ada 16 (enam belas) kursi, satu meja guru, dan 3 sofa kecil. Dinding kelas, meja dan kursi murid dicat dengan warna-wana terang yang dapat meningkatkan minat dan motivasi anak dalam proses belajar.



















Di luar kelas :

Terdiri dari mainan seperti ayunan, pelosotan, permainan balok-balok kecil, dan lain-lain. Alat permainan yang diletakkan di luar kelas (taman) dapat melatih kemampuan motorik murid karena ada alat permainan yang mengharuskan anak memanjat, menjaga keseimbangan tubuh, dan lain-lain.

Di luar kelas terdapat sofa untuk para orang tua murid yang hendak menunggu anaknya dan di samping sofa ada rak-rak sepatu dimana anak diwajibkan untuk melepaskan sepatu dan menyusun sepatu mereka sebelum mereka masuk ke dalam kelas. Secara tidak langsung, hal ini mengajarkan disiplin kepada anak.












Awal proses belajar :

Ketika murid-murid datang sebelum lonceng kelas berbunyi, mereka diperbolehkan bermain di taman dengan diawasi oleh guru. Tepat pukul 08.00 WIB anak-anak disuruh masuk ke kelas dan duduk dikursinya dengan rapi. Tamburin adalah alat yang sangat akrab dengan guru di TK ini karena segala instruksi seperti (lonceng kelas, jam istirahat, kegiatan makan, bernyanyi dan lain-lain) dilakukan dengan bunyi dari tamburin. Tamburin dibunyikan, dan anak-anak berlarian masuk ke dalam kelas.

Ketika anak-anak sudah duduk dengan rapi, mereka disambut dengan kata “selamat pagi, anak-anak”, kemudian guru melakukan sedikit percakapan dengan anak (misalnya mengabsen murid diikuti dengan jawaban murid “Saya, Bu guru” untuk menandakan bahwa mereka hadir dan guru menanyakan apakah mereka sudah mengerjakan PR). Sebelum memulai pelajaran, anak-anak diajak untuk berdoa sesuai agama masing-masing (karena ada sebagian murid yang beragama Islam dan ada sebagian lagi yang beragama Kristen), doa sebelum belajar pun dimulai.

Selesai berdoa, anak-anak kemudian bernyanyi (pada awalnya mereka bernyanyi sambil duduk di meja masing-masing kemudian mereka berdiri dan menari sambil bernyanyi bersama guru-guru mereka). Mereka bernyanyi selama kurang lebih 20 menit, terkadang ibu gurunya menanyakan lagu apa yang ingin dinyanyikan lalu murid menjawab sebuah lagu dan mereka menyanyikan lagu tersebut sambil menggoyang-goyangkan badan. Ketika ada murid yang tidak menari bersama, ibu guru mengatakan “ Siapa yang tidak menari, akan dikasi hukuman” . Murid terlihat sangat senang dalam situasi tersebut, hal ini tampak dari muka mereka yang ceria, tersenyum dan suara mereka yang kuat.

Proses belajar :

Setelah anak puas dengan kegiatan bernyanyi, maka pelajaran pun dimulai. Sebelum itu, anak diperbolehkan minum akan tetapi mereka tidak langsung lari berhamburan ke tempat minum mereka melainkan mereka menunggu instruksi dari guru mereka (misalnya : meja 1 ambil termosnya, setelah anak-anak dari meja 1 mengambil termos kemudian anak-anak dari meja lain menunggu instruksi dan begitu seterusnya sampai semua anak mengambil termos mereka). Karena ada 4 meja di dalam kelas, guru memberi nama pada setiap meja dengan sebutan meja 1,meja 2, meja 3 dan meja 4. Setelah minum, murid-murid memulai kegiatan belajar. Sebelum memulai pelajaran, guru menanyakan “hari ini hari apa?”, anak-anak dengan lantang menjawab “hari Kamis, bu”, kemudian guru menanyakan tanggal berapa, anak menjawab tanggal hari ini, diikuti dengan bulan dan tahun. Guru mencatat hari, tanggal, bulan dan tahun yang disebutkan murid di papan tulis.

Setelah itu, murid-murid diminta menyebutkan huruf alphabet (a-z), angka (1-80), nama-nama hari, dan nama-nama bulan diikuti dengan nyanyian (untuk nama hari) dan bunyi tamburin. Selama proses menghapal, ada anak yang diam dan tidak mau menyebutkan angka, sehingga guru datang ke meja anak tersebut dan mengajaknya mengucapkan angka. Selesai menghapal, semua anak diminta untuk putar bangku menghadap papan tulis.
Sekarang, mereka belajar mengenal dan membaca angka-angka dari 1-40. Guru menuliskan angka-angka tersebut secara berurut di papan tulis. Sebelum memulai ibu guru mengatakan, “nanti ibu suruh 1 per 1 maju ke depan untuk membaca,yang bisa menjawab akan diberikan hadiah”

Pada awalnya, anak-anak diminta untuk membaca bersama semua angka secara berurut (ketika murid-murid salah menyebutkan angka yang ditunjuk, ibu guru menyebutkan angka yang tepat dan diulangi murid-murid) kemudian anak-anak disuruh satu persatu-satu ke depan dan menghapalkan angka yang ditunjuk oleh guru secara acak supaya guru mengetahui apakah anak sudah bisa mengenal angka. Kurang lebih 1 anak maju ke depan untuk membaca angka selama 3-5 menit tergantung kemampuan anak dalam menguasai angka.

Sewaktu teman mereka disuruh maju satu per satu, ada sebagian anak yang jalan-jalan di dalam kelas, menganggu temannya, bahkan ada anak yang ketika temannya maju ke depan, dia langsung duduk di kursi temannya itu. Guru menegur anak itu dan menyuruh dia untuk duduk tenang. Ketika suasana kelas mulai tidak terkendali, guru mengatakan kepada anak “ Lipat tangan diikuti dengan hitungan sampai anak duduk manis dan melipat tangan mereka”.

Ketika ada murid yang mengalami kesulitan dalam mengenal angka, pada awalnya guru menaikkan suaranya “angka berapa ini?” dan jika anak masih tidak bisa menjawab, guru mengibaratkan “kursi terbalik itu angka berapa, burung terbang itu angka berapa?”, dan guru juga menanyakan kembali angka yang salah disebut oleh anak.

Setelah semua murid dipanggil, guru kemudian bertanya tanda “+” apa ini dan tanda “=” ini? Anak-anak menjawab tanda tambah dan sama dengan. Kemudian ibu guru membagikan buku latihan anak-anak yang dilengkapi dengan soal matematika dan membaca. Sebelumnya guru meminta murid—murid untuk mengeluarkan alat tulis mereka dan jika murid tidak membawanya, murid bisa meminjamnya dari guru mereka. Karena ada 2 guru dan 4 meja maka satu guru mengawasi 2 meja memastikan kalau murid mampu mengerjakan tugas yang diberikan dan membantu mereka jika mereka mengalami kesulitan. Anak diberikan waktu sekitar 30 menit untuk mengerjakan tugasnya. Tugasnya bervariasi dari berhitung samapai membaca.

Wawancara

Berhubung observasi yang kami lakukan hampir mendekati ujian semester dimana pada saat observasi, guru hanya memperkuat apa yang sudah diajarkan kepada anak berupa pengulangan pelajaran sehingga kami melakukan wawancara tambahan untuk menanyakan proses belajar murid.
Untuk melengkapi hasil observasi kami, berikut ini kami lampirkan hasil wawancara dengan kedua guru (dimana salah satu gurunya merangkap sebagai wakil kepala sekolah ---> Ibu Sisca dan guru yang satunya lagi bernama Ibu Titin) yang mengajar di kelas. Mereka merupakan tamatan S1 PGTK.

TK Cahaya Harapan berdiri sekitar 5 tahun yang lalu dimana tujuan mereka ialah untuk membangun kecerdasan anak-anak sehingga mereka dapat menjadi anak yang pintar. Selian itu, mereka hendak membekali murid dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk bisa duduk di bangku SD. Kurikulum yang dipakai TK ini berbasis kurikulum tahun 1994. Anak-anak diajarkan menulis, membaca, berhitung, mewarnai, dan melipat. Ujian untuk melihat kemampuan siswa dilaksanakan 2 kali dalam setahun (pada pertengahan semester dan akhir semester).

Pada saat proses belajar, anak diajarkan pelan-pelan dan bertahap sampai murid benar-benar mengenal dan mengetahui angka dan huruf. Anak yang sedikit lambat belajar dan nakal tidak boleh dimarahi ataupun diberi hukuman fisik tetapi ditegur dan diajarkan bagaimana cara belajar yang baik. Untuk murid-murid yang baru masuk, guru akan mengajarkan mereka dari pelajaran yang paling dasar (misalnya : mengenal alphabet) baru masuk ke tahap yang lebih kompleks (misalnya : membaca kata).

Pada orangtua, guru selalu mengkomunikasikan tentang perkembangan anak-anak mereka dalam belajar, jadi orangtua mengetahui bagaimana perkembangan anak-anaknya di sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selain proses belajar di dalam kelas adalah : anak-anak diberikan praktek komputer berupa games edukasi (1X seminggu), kegiatan berenang (1X dalam sebulan), dan mendongeng (1X seminggu). Selain itu, ada juga pelajaran agama dimana murid yang beragama Islam diajarkan ajaran Islam dan murid yang beragama Kristen diajarkan agama Kristen.

Yang unik dari TK ini adalah murid-murid di dalam kelas ini terdiri dari murid dengan usai yang berbeda (2-5 tahun) sehingga materi pelajaran yang diberikan disesuaikan dengan usia anak. Anak-anak mulai belajar dari jam 8.00 – 11.00 WIB dengan rincian 2 jam belajar dan sisa 1 jam terakhir diisi dengan kegiatan bermain dan makan bersama.


KAITAN HASIL OBSERVASI DENGAN TEORI BELAJAR

1. Teori Belajar Skinner

Dalam proses belajar, saat anak dapat memahami dan mengerti materi yang diberikan oleh guru maka anak akan diberikan reinforcement positif seperti diberikan pujian dan diberikan hadiah pada saat pembagian raport dan sebaliknya jika anak tidak dapat menjawab apa yang ditanyakan oleh guru, misalnya : seperti saat disuruh menyebutkan angka yang ditunjuk guru tetapi anak tersebut tidak mampu menjawab maka akan diberikan reinforcement negatif seperti teguran. Hal ini juga berlaku pada jam bernyanyi, ketika ada anak yang tidak mau bernyanyi dan menari (perilakunya diam atau malas) maka guru akan memberikan reinforcement negatif berupa teguran dan giliran pulang yang paling terakhir.

2. Teori Belajar Bandura

Dalam proses belajar anak juga melakukan belajar observasional (anak bukan hanya menirukan guru tetapi proses kognitifnya juga terlibat), hal ini bisa dilihat dari proses menari dan bernyanyi dimana anak menirukan gerakan guru yang memberikan contoh di depan kelas, selain menirukan anak juga mampu menghapal lagu yang dinyanyikan dengan baik. Dalam pelajaran menyebutkan angka, pada awalnya guru menyebutkan angka yang ada di papan tulis dan anak mengucapkan kembali, begitu prosesnya sampai anak mampu mengulang kembali tanpa pengarahan guru.

Ada 4 proses dalam belajar observasional :
• Proses atensi --> anak memperhatikan apa yang diajarkan oleh gurunya dalam hal ini angka 1 - 40 yang dituliskan di papan tulis
• Proses retensi --> anak membentuk skema tentang angka-angka tadi, bagaimana angka 1-40
• Proses pembentukan perilaku --> Ketika anak diminta maju ke depan kelas satu per satu dan anak mampu mengulang kembali angka-angka yang sudah terekam dalam skema mereka, hal ini ditunjukkan dengan anak mampu menyebutkan angka 1-40 walaupun angka-angka tersebut ditunjuk secara acak oleh guru mereka. Ketika anak salah menyebutkan angka, maka guru memberitahukan anak angka yang benar sehingga nantinya anak akan melakukan koreksi terhadap skema angka tersebut
• Proses motivasi --> anak termotivasi untuk bisa menyebutkan semua angka dengan benar dikarenakan reward yang dijanjikan oleh guru di awal pelajaran dimana “mereka akan diberikan reward jika mampu menyebut semua angka dengan benar”

3. Teori belajar Ausubel

Menurut Ausubel, guru yang berperan aktif di dalam kelas. Menurut kelompok kami, anak TK masih bergantung kepada guru mereka dalam hal belajar sehingga peran guru cukup besar. Dalam proses belajarnya, guru tidak hanya memberikan materi saja melainkan guru berusaha membuat materi tersebut menjadi bermakna, misalnya : dalam menghapal nama hari, hari-hari itu dibuat ke dalam sebuah lagu sehingga mudah diingat anak. Selain itu, pada pelajaran mengenal angka, beberapa angka diibaratkan dengan hal-hal yang erat kaitannya dengan kehidupan anak, misalnya : angka 3 diibaratkan burung terbang, angka 4 diibaratkan kursi terbalik, angka 8 seperti kacamata dibalik, dan lain-lain. Dengan mempelajari sesuatu yang bermakna, maka anak dapat mengingat pelajaran itu untuk jangka waktu yang lama tentunya dengan diselingi pengulangan pelajaran oleh guru di kelas dan anak di rumah.

Bagi Anak-anak yang baru masuk TK,mereka belajar mengenal kata secara bertahap dimana pada awalnya anak mengenal huruf alphabet, setelah mengenal huruf alphabet, anak dikenalkan dengan kata (kata sederhana misalnya kata yang terdiri dari 3 alphabet) dan cara pelafalan suatu kata diajarkan dengan memenggal kata satu per satu, misalnya : i-bu, ku-da, baru kemudian dibaca.

4. Teori Belajar Gagne

TK ini menggunakan kurikurum 1994, sehingga setiap materi yang diajarkan disusun berdasarkan kurikulum ini. Sebelum guru memberikan pelajaran kepada anak-anak setiap harinya, terlebih dahulu guru menyusun rencana kegiatan belajar sebagai pedomannya untuk mengajar, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.

Menurut Gagne, ada 9 instructional process :
a. Gaining attention --> guru mendapatkan perhatian siswa dengan menggunakan tamburin karena TK ini identik dengan tamborin dalam setiap kegiatan belajar mengajar,misalnya segala instruksi seperti (lonceng kelas, jam istirahat, kegiatan makan, bernyanyi dan lain-lain) dilakukan dengan bunyi dari tamburin. Ketika anak ribut dalam kelas, tamburi ini sebagai alat untuk mengalihkan perhatian anak kembali kepada pelajaran.

b. Berikan informasi tentang tujuan pembelajaran
Guru memberitahukan kepada anak hari ini kita belajar angka supaya anak bisa mengenal angka

c. Stimulating recall of prior learning
Sebelum memanggil satu satu ke depan, guru meminta anak untuk mengulang angka dari 1-80

d. Presenting the stimulus
Angka – angka (1-40) tersebut ditulis di papan tulis.

e. Memberikan bimbingan belajar
Sebelum memanggil anak untuk maju ke depan satu per satu dan membaca angka, guru mengajak anak-anak membaca bersama-sama angka yang tertera di papan tulis.

f. Eliciting performance
Anak maju ke depan satu per satu untuk membaca angka secara bergantian dimana angka yang ditunjuk oleh gurunya adalah angka-angka secara acak (misalnya : dari angka 1 tiba-tiba ke angka 9)

g. Providing feedback
Guru mengkoreksi angka yang disebutkan anak apakah anak sudah menyebutkannya dengan benar

h. Assessing performance
Untuk melihat apakah murid sudah paham, guru akan menanyakan kembali angka yang tadi salah disebut anak dimana sebelumnya anak ditanya angka yang lain dulu.

i. Enhancing retention dan transfer
Ketika semua anak telah selesai membaca angka yang tertera di papan tulis, maka guru membagikan buku latihan yang berisi soal berhitung. Jika anak mampu mengenal angka maka anak mampu mengerjakan soal hitungan sederhana.

5. Teori Belajar Piaget

Asimilasi --> Dalam proses belajar mengenal angka, anak menyebutkan angka sesuai dengan apa yang ada di skema mereka.

Akomodasi --> Akan tetapi ketika anak salah menyebutkan angka yang ditunjuk maka anak akan mengubah skema mereka, hal ini dibuktikan anak mampu menjawab angka yang salah dengan tepat dimana sebelumnya anak diminta untuk menyebutkan angka yang lain dulu.

6. Teori Belajar Vygotsky

Zone of Proximal Development
(ZPD) --> Anak pertama dibimbing oleh guru kemudian lama kelamaan dilepas, misalnya dalam membaca angka, anak yang tidak bisa mengenal angka masih dibantu oleh guru dengan cara guru menyebutkan satu angka kemudian anak mengulangnya, hal tersebut dilakukan anak mampu secara mandiri menyebutkan angka tersebut.

7. Teori Belajar Krathwhol

Kaitan 5 domain afektif dalam proses belajar TK Cahaya Harapan :
1. Penerimaan : guru mengajarkan pada anak lagu-lagu yang baru dan anak menerimanya dengan menyanyikannya kembali

2. Responding : saat menyanyikan anak merasa senang terhadap lagu tersebut ditandai dengan semangat mereka dalam bernyanyi

3. Valuing : penghargaan terhadap lagu tersebut ditandai dengan selalu dinyanyikannya lagu itu setiap hari

4. Organization : anak menentukan kapan lagu itu dinyanyikan, misalnya lagu sayonara mereka nyanyikan mendekati jam pulang sekolah. Mereka tahu kapan lagu-lagu kesukaan mereka harus dinyanyikan.

5. Karakteristik berdasarkan nilai-nilai : karena mereka menyukai lagu tersebut, maka setiap kali pulang sekolah, mereka akan menyanyikan lagu tersebut. Perilaku mereka menyanyikan lagu tersebut menggambarkan rasa suka mereka terhadap lagu tersebut.


KESIMPULAN DAN TESTIMONI ANGGOTA

Berdasarkan observasi yang dilakukan, TK Cahaya Harapan berdiri sekitar 5 tahun yang lalu dimana tujuan mereka ialah untuk membangun kecerdasan anak-anak sehingga mereka dapat menjadi anak yang pintar dan mereka ingin membekali murid dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk bisa masuk di bangku SD. Kurikulum yang dipakai TK ini berbasis kurikulum tahun 1994. Anak-anak diajarkan menulis, membaca, berhitung, mewarnai, dan melipat. Karena kemampuan ini merupakan hal yang penting dan menjadi syarat utama agar murid ini diterima di SD. TK Cahaya Harapan juga melakukan ujian untuk melihat kemampuan siswa, apakah siswa sudah dapat memahami dan mengenal angka dan huruf dan ujiannya dilaksanakan 2 kali dalam setahun (pada pertengah semester dan akhir semester). Dan ketika diaplikasikan kedalam teori belajar, banyak teori belajar yang sudah diaplikasikan oleh guru TK.

Testimoni
Alfine : Kami mengadakan observasi pada tanggal 4 november 2010 (Kamis), pada awalnya segala sesuatu berjalan lancar tetapi di tengah-tengah observasi ,tiba-tiba saya menerima telepon dari keluarga saya yang memberi kabar kalau nenek saya meninggal. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan observasi keesokan harinya. Pada tanggal 5 November 2010 (Jumat), kami mengobservasi anak-anak bermain dan mewawancarai kedua guru TK. Anak-anak TK tersebut sangat antusias ketika difoto.

Selesai wawancara, kami mencari hari untuk diskusi. Kendala yang dihadapi yaitu jadwal kami yang bentrok sehingga sulit mencari waktu yang tepat untuk diskusi. Sehingga pada awalnya hasil observasi kami kerjakan sendiri akan tetapi kami menggabungkan hasil observasi kami menjadi1 yaitu hasil observasi yang dicantumkan di laporan. Kami melakukan diskusi untuk membahas kaitan hasil observasi dengan teori belajar. Akhirnya laporan kami selesai tepat pada waktunya.

Icha : Sesaat setelah pengundian kelompok 2 mendapatkan tugas observasi ke TK, kami langsung menentukan kira-kira ke TK mana kami akan melakukan observasi. Kami langsung merencanakan hari apa akan melakukan observasi. Kami mencoba menghubungi TK Juwita, namun kami tdk diberikan ijin untuk melakukan observasi di sekolah tersebut. Kami pun mengambil pilihan lain yaitu TK Cahaya Harapan. Winda yang mengurus pengijinan, lalu kami pun mencari hari yang tepat untuk berangkat ke TK tersebut untuk melakukan observasi.

Ketika kami datang ke TK Cahaya Harapan, kami diterima baik oleh Ibu Sisca, salah seorang guru yang juga merangkap sebagai wakil kepala sekolah. Awalnya siswa-siswa TK tersebut merasa aneh kepada kami yang mungkin asing bagi mreka. Tapi kmudian siswa-siswa tersebut dapat mengikuti kelas seprti biasa tanpa menghiraukan kehadiran kami yang mengamati mereka.Observasi kami lakukan 2x di 2 hari yg berbeda. Respon siswa-siswa terhadap kami di hari yg ke2 agak lebih cuek. Namun mereka semangat utk diajak berfoto.

Setelah selesai melakukan observasi, kami mendiskusikan semua data-data yang berhasil kami kumpulkan.

Winda : Menurut saya, observasi ini cukup menyenangkan disamping saya bisa mengenal anak-anak TK yang menyenangkan, ditambah guru-guru yang ramah, saya memetik pelajaran dari TK ini.

Pada awalnya kami cukup kebingungan mencari TK,tapi pada akhirnya TK yang kami kunjungi merupakan TK yang cukup sederhana dimana hanya ada satu kelas dan mereka memberikan layanan pendidikan kepada anak TK sebagai persiapan bekal mereka ke SD. Sederhana adalah kata yang identik dengan TK ini. Mulai dari setting kelas, sangat berbeda dengan TK yang sekarang. Proses observasi berlangsung cukup lancar dengan tidak banyak kendala yang dihadapi.

Ketika diskusi kaitan observasi dengan teori, kami berusaha menggabungkan beberapa pendapat yang berbeda dan untuk saya menggabungkan pendapat itu menjadi sebuah tantangan.

Selain itu, saya hendak memberi saran pada sekolah TK, jika bisa pada saat anak diminta maju satu per satu untuk membaca sebaiknya waktu untuk setiap anak cukup singkat, jangan terlalu lama dikarenakan anak-anak yang lain merasa bosan menunggu giliran mereka. Memang ada sisi positifnya dimana kemampuan anak dalam mengenal angka dapat diuji dengan baik akan tetapi bukankah sebaiknya waktu untuk membaca ke depan disesuaikan dengan jumlah murid.Saya harap saran saya dapat memajukan TK tersebut agar lebih baik di masa mendatang.

Selain itu, observasi ini menambah koneksi kami dengan pihak luar (TK Cahaya Harapan). Terima Kasih buat Bu Dina atas tugas observasi dan Terima Kasih untuk TK Cahaya Harapan. Semoga kita bisa bekerja sama lagi di lain kesempatan.

Video








DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar). edisi ke-7. Jakarta : Kencana Prenada Mulia
Bigge, Morris. 1982. Learning Theories for Teachers. New York : Harper & Row
Driscoll, Marcy P. 1994. Psychology of Learning for Instruction. Boston : Allyn and Bacon


Kelompok 2
Alfine Febrina Pinem (08-001)
Annisa Rizki Asrin (08-020)
Winda Dwiastuti (08-025)

Rabu, 10 November 2010

Teori Belajar Konstruktivistik

Sebelum membahas lebih jauh tentang konstruktivistik akan lebih baik jika kita terlebih dahulu membahas tentang pandangan konstruktivistik dengan pandangan objektivistik.
· Pandangan objektivistikà menurut pandangan ini, guru yang berperan dalam membentuk pemahaman siswa, dimana apa yang guru ajarkan, itu yang diterima oleh murid. Pengetahuan murid tersusun dari informasi yang diberikan oleh gurunya. Pandangan ini yang banyak diterapkan di sekolah pada zaman sekarang dimana murid-murid kebanyakan pasif dan hanya murni menerima apa yang dikatakan oleh gurunya.
· Pandangan konstruktivistikà pengetahuan dibentuk oleh individu (murid) sejalan dengan usaha mereka untuk memaknai pengalaman mereka. Individu akan terus membentuk, mengelaborasi dan menguji struktur mental sampai ditemukan struktur mental yang tepat. Informasi baru akan menganggu struktur kognitif yang telah terbentuk, jadi struktur kognitif harus diatur sedemikian rupa sehingga informasi baru memiliki makna. Pengetahuan yang terbentuk merupakan bagaimana konstruksi dari pengalaman manusia terhadap dunianya.
Konstruktivistik adalah suatu pandangan dimana murid aktif membentuk pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan tidak menerima pengetahuan secara pasif dari lingkungan. Guru pada hal ini bertindak sebagai fasilitator yang membimbing murid dalam belajar.

Tujuan belajar konstruktivistik
Penekanannya pada : “belajar dalam konteks” maksudnya konteks dimana aktivitas yang kita lakukan bermakna. Belajar adalah proses dinamis yang dihasilkan dari melakukan suatu aktivitas dalam situasi tertentu. Aktivitas berpikir merupakan tujuan utama dari konstruktivistik. Menurut pendekatan ini, tujuan dari pendidikan adalah mengupayakan agar proses retensi, memahami dan penggunaan aktif dari pengetahuan dan kemampuan. Selain itu, dibutuhkan kemampuan tertentu dalam mempelajari sesuatu, paling tidak murid sudah memiliki skill sebelumnya dalam mempelajari hal-hal yang baru. Guru dapat membantu melalui : melatih individu yang tidak punya kemampuan itu, membantu siswa dalam mengidentifikasi skill yang perlu dipelajari. Ketika anak memiliki skill yang diperlukan, tiba saatnya untuk memperbolehkan murid untuk mencari lingkungan yang dapat membantu mereka lebih efisien dalam menguasai informasi yang ada.

Kondisi belajar (Konstruktivistik)
1. Lingkungan belajar yang kompleks
Tugas yang terlalu mudah akan menghambat anak belajar bagaimana memecahkan masalah yang lebih kompleks, oleh karena itu situasi belajar perlu dibuat kompleks. Lingkungan belajar harus bisa menantang individu untuk mengkonstruksi model yang lebih baik atau paling tidak mempertimbangkan alternatif yang diberikan guru.
Perkins mengajukan :
construction kits” = merakit dari konsep yg konkret sampai dengan yang abstrak.
phenomenaria” = berupa simulasi games dan microworld berbasis komputer yang memperbolekan siswa mempelajari fenomena dan memanipulasi konsep dan asumsi dari fenomena tersebut.
2. Negosiasi sosial
Struktur mental berkembang melalui interaksi sosial. Salah satu caranya bisa dilakukan dengan kolaborasi. Kolaborasi bukan hanya sekedar mengajak murid untuk bekerja sama atau saling berbagi pengetahuan mereka. Melainkan, kolaborasi menghasilkan insight dan solusi, selain itu dengan teknik ini individu dapat belajar memahami perspektif orang lain daripada hanya memahami perspektif sendiri.
3. Juxtaposition of instructional content
Ketika kita tetap menggunakan satu strategi untuk menyelesaikan situasi yang berbeda, akan timbul hambatan dalam proses belajar. Salah satu cara untuk mencegah itu adalah melihat satu hal dari berbagai perspektif atau sudut pandang, tujuan akhir : mencapai goal dari advanced knowledge acquisition. Inilah pengertian dari juxtaposition ( melihat satu hal dari berbagai perspektif), selain itu kita juga bisa melihat satu hal dari berbagai model penyajian informasi (auditori, visual atau rabaan)
4. Nurturance of reflexivity
Kata kunci di sini adalah aware/sadar akan bagaimana struktur dan proses belajar terjadi., dengan reflexivity, sikap kritis muncul dalam pembelajar (sikap yang mendorong mereka untuk aware tentang bagaimana dan struktur kognitif apa yang menciptakan makna dari suatu hal). Ketika seseorang sadar akan struktur kognitif maka dia dapat mengeksplorasi lebih luas kira-kira apa hasil dari alternatif yang tersedia.
5. Student-Centered Instruction
Anak yang menentukan bagaimana dan apa strategi yang hendak diterapkan dalam proses belajarnya .Jika anak tidak mampu untuk melakukannya, maka guru adalah orang yang dapat membantu mereka dalam menemukan strategi belajar yang tepat (contoh : scaffolding)

Metode
· Microworlds = program yang memperbolehkan siswa untuk mengeksplorasi dan menemukan, di dalam program tersedia poin yang dapat disesuaikan dengan pembelajar, contoh : science vision adalah program komputer yang memperbolehkan siswa untuk melakukan eksprimen scientific yang biasanya dilarang dilakukan oleh anak seusia mereka karena berbahaya.
· Hypermedia design = beragam informasi tercantum dalam program ini yang memudahkan pembelajar untuk mencari jenis informasi yang mereka inginkan.
· Cognitive apprenticeships = siswa melakukan magang mengenai pekerjaan yang membutuhkan kemampuan kognitif tertentu, agar mereka memiliki kesempatan untuk mempraktekan pengetahuan yang mereka pelajari di sekolah
· Collaborative learning dapat ditemukan pada Computer-based tool , contoh : Open software merupakan program yang dengan mudah dapat diadaptasi sesuai kebutuhan pengguna, malalui bubble dialogue anak akan menuangkan apa yang terdapat dalam pemikiran mereka.

Kelebihan pembelajaran secara konstruktivisme :
1. Berpikir --> murid secara aktif berpikir ketika hendak meyelesaikan masalah yang dihadapi,mencari ide,dan mengambil keputusan.
2. Pemahaman --> Pemahaman murid tentang sesuatu konsep dan ide lebih jelas apabila mereka terlibat secara langsung dalam pembinaan pengetahuan baru. Seorang murid yang memahami apa yang dipelajari akan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang baru dalam kehidupan dan situasi baru
3. Ingat --> dengan memahami suatu konsep, akan mudah bagi siswa untuk mengingat konsep itu karena murid secara aktif mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Yakin --> Murid yang belajar secara konstruktivisme diberi peluang untuk membina sendiri pemahaman mereka tentang sesuatu, hal ini menjadikan mereka lebih yakin kepada diri sendiri dan berani menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru
5. Kemampuan sosial --> Dengan kemampuan sosial yang baik, anak akan mampu menghadapi masalah di sekitar mereka. Hal inilah yang dibina di dalam kelas melalui interaksi antara murid dengan murid atau murid dengan guru.

Referensi
Driscoll, Marcy P. 1994. Psychology of Learning for Instruction. Boston : Allyn and Bacon
http://www.docstoc.com/docs/downloadDoc.aspx?doc_id=22503694 (Pembelajaran secara konstruktivisme, akses 10 November 2010)

Rabu, 03 November 2010

Teori Belajar Sibernetik : Teori Pask & Landa

Teori belajar Sibernetik berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi; dimana yang terpenting adalah sistem informasi dari apa yang akan dipelajari siswa. Sedangkan keberlangsungan proses belajar akan sangat ditentukan oleh sistem informasi ini. Karena itu, teori ini berasumsi bahwa tidak ada satupun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

Pask
Nama : Andrew Gordon Speedie Pask
Tempat lahir : Derby, Inggris
Tanggal lahir : 28 Juni 1928
1956 --> aktif di teater dan menulis sekumpulan cerpen “ Adventures with Proffesor Flaxman-Low”, hobi : melukis

Sebelum membahas lebih jauh tentang teori belajar Pask, perlu kita kenal terlebih dahulu percakapan (conversation) karena percakapan ini berhubungan dengan teori belajar Pask. Percakapan adalah pembicaraan informal dimana terjadi pertukaran informasi dan ide antara 2 orang atau lebih. Dalam setting sekolah, percakapan membantu mempercepat proses belajar melalui pembagian perspektif, pengenalan informasi baru, dan menstimulasi aktivitas kreatif di dalam kelas. Percakapan melibatkan pembicara dan pendengar yang disebut agen percakapan. Proses percakapan adalah proses yang berkesinambungan yang memuat informasi sosial, kognitif dan emosi yang merepresentasikan apa yang dilakukan dan dirasakan oleh agen pada situasi tertentu. Proses ini bisa terjadi dalam diri individu, antar individu, dan artificial entities dan antar artificial entities; dan menjadi dasar untuk sejumlah aktivitas :
Instructional tutorials : proses yang melibatkan 2 atau lebih agen --> pemahaman tentang subjek yang spesifik.
• Kencan pertama : agen bertukar informasi personal tentang diri mereka.

Kategori dari percakapan :
1. Monolog : bicara pada diri sendiri --> membuat pernyataan
2. Dialogue : pada awalnya banyak ide pro dan kontra yang melalui dialogue dibuat ke dalam beberapa alternatif
3. Dialetic : tujuannya untuk mendapatkan kebenaran dari argumen
4. Construction : untuk membuat sesuatu yang baru

Pask’s Learning Theory
Menurut Pask, proses belajar bergantung pada strategi yang digunakan oleh siswa. Tujuan belajar yang dipecah menjadi sub yang lebih kecil agar siswa bisa fokus. Guru sebaiknya mengajarkan konsep daripada strategi agar siswa dapat paham dan menggunakannya di situasi yang lain. Guru bertugas sebagai fasilitator yang membimbing siswa, bukan menghakimi strategi siswa sebagai cara yang tidak dapat diterima. Metode : tutorial conversation --> metode belajar berbentuk diskusi dan strategi belajarnya berdasarkan kesepakatan antara guru dan siswa.

Aplikasi dari teori Pask ke dalam proses belajar
Dialog akan membantu guru dalam mencari tahu strategi belajar siswa dan membantu siswa dengan memberikan saran agar siswa berhasil dalam proses belajar. Ada satu masalah yang dihadapi siswa yaitu cognitive fixity yaitu, kecenderungan untuk tetap menggunakan sebuah strategi tertentu walaupun ada bukti yang menunjukkan bahwa strategi tidak cocok. Semakin lama siswa mempertahanakan perseprsinya yang salah, semakin sulit berubah; akan tetapi hal ini bisa diatasi dengan dialog. Melalui dialog, anak mampu menerima ide dan konsep baru. Selain itu, siswa perlu memahami tujuan belajar agar informasi yang mereka peroleh dapat tersimpan lama di LTM, salah satu caranya : diksusi dan project.

Proses pembelajaran bisa diinterpretasikan dalam siklus :
1. Explanation
2. Justification
3. Comparison
4. Evaluation
5. Agreement

Teori Pask meliputi proses belajar dalam area motorik, pengetahuan kognitif dan proses sosial. Fokus dari Pask adalah conversatioan dimana dalam conversation dibutuhkan kemampuan interpersonal yang baik dengan kata lain siswa perlu dibekali dengan kemampuan interpersoanal agar metode ini bisa efektif.

Modeling Method
Ada beberapa langkah dalam model ini :
1. conversation antara guru dan kelas untuk memastikan pemahaman umum dari pertanyaan yang ditanya.
2. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang berkolaborasi dalam merencanakan pemecahan masalah. Siswa dalam kelompok kecil mungkin mengusulkan banyak pendekatan untuk menyelesaikan masalah. Pada tahap ini, guru yang mempunyai pemahaman yang mendalam mengenai materi itu akan dapat berperan sebagai fasilitator dan dapat membimbing cara yang tepat dalam menyelesaikan masalah.
3. Siswa diminta untuk menjelaskan strategi dan solusi mereka di depan kelas.
4. Setelah semua solusi dijelaskan, siswa dan guru terlibat dalam dialog untuk mengevaluasi solusi dan strategi.
Proses belajar memerlukan yang namanya evaluasi dan salah satu metodenya yaitu : metode teachback yaitu sebuah metode yang digunakan untuk memastikan murid mengerti topik sampai pada tahap mampu mengajarkan kembali kepada guru.

Lev N.Landa
Yang penting bagi Landa adalah sistem informasi dari materi yang akan dipelajari. Maksudnya guru harus mengerti informasi dari materi, sistem berpikir siswa dan bagaimana cara mengklopkan antara sistem informasi materi dengan sistem berpikir pembelajar itu.
Ada 2 macam proses berpikir :
• Proses berpikir Algoritmik = proses berpikir konvergen, lurus menuju ke suatu target tertentu
• Cara berpikir Heuristik = cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus.

Fokus Landa pada algoritmik oleh karena itu ada 4 kegiatan pokok dalam proses belajar mengajar menurut Landa :
• Identifikasi proses algoritmik yang mendasari suatu problem solving
• Mengidentifikasi hal-hal yang tidak dapat di algoritmikkan supaya algoritmik dan non algoritmik tidak tumpang tindih
• Guru mampu mengajar dengan menggunakan proses algoritmik yang pernah diajarkannya.
• Membuat pembelajar agar dapat melakukan aplikasi dari apa yang telah dipelajari

Mengetahui materi = mengetahui sitematik berpikir yang dituntut untuk mempelajari materi pelajaran itu. Proses berpikir algoritmik akan berfungsi secara maksimal jika pembelajar diberi cukup kebebasan untuk menemukan sendiri aturan algoritmik tersebut (bisa dibilang ada pengaruh discovery learning). Ada 2 cara mengajar proses algoritmik :
• Langsung mengajarkan proses algoritmik itu
• Mengusahakan agar pembelajar menemukan sendiri proses algoritmik

Referensi :
Luppicini, Rocci. 2008. Handbook of Conversation Design for Instructional Applications. New York : IGI Global.
Luppicini, Rocci. “Introducing Conversation Design”. Handbook of Conversation Design for Instructional Applications, chap 1 pp 1-18. 2008.
Morrow, Jean & Janet Holland. “Pask and Ma Join Forces in an Elementary Mathematics Methods Course”. Handbook of Conversation Design for Instructional Applications, chap XVI pp 252-263. 2008.
W. R. Klemm, Software Issues for Applying Conversation Theory For Effective Collaboration Via the Internet. Manuscript. 2002.
http://suchaini.net/me2/2009/05/pembagian-teori-belajar-dari-sudut-pandang-tentang-proses-belajar/