Rabu, 17 November 2010

Observasi Kegiatan Proses Belajar TK Cahaya Harapan

IDENTITAS SEKOLAH


1. Lokasi dan waktu observasi
Lokasi
TK Cahaya Harapan
Jl. Kamboja No.8 Tanjung Rejo
Medan




Foto Guru beserta Murid-Murid TK Cahaya Harapan

Waktu Observasi
Tanggal 4 November 2010 (Hari Kamis) Jam : 08.00 - 09.15 , Observasi
Tanggal 5 November 2010 (Hari Jumat) Jam : 09.00-10.00, Observasi dan wawancara

2. Subyek dan obyek yang diobservasi
Subyek : Murid-Murid TK Cahaya Harapan yang berjumlah 12 orang

Obyek : Observasi pada hari Kamis dilakukan saat awal murid-murid masuk ke dalam kelas, pembukaan proses belajar (bernyanyi) dan masuk kepada pelajaran mengenal angka

Observasi pada hari Jumat dilakukan saat murid-murid bermain dikarenakan pada hari jumat, murid-murid hanya belajar dari jam 8-10 pagi.


HASIL OBSERVASI

Setting Kelas :

Didalam kelas terdapat gambar-gambar dan poster binatang, buah-buahan, huruf, angka dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dan dilengkapi juga dengan jam dinding, tempat sampah, aquarium, kipas angin, dan rak tempat penyimpanan tas anak-anak.











Untuk membantu anak dalam proses belajar, di dalam kelas terdapat satu white board. Di dekat white board diletakkan sebuah lemari yang berfungsi untuk menyimpan buku-buku murid, buku-buku pelajaran, serta peralatan tulis guru. Ada empat meja persegi dimana setiap kursi berada di sisi meja sehingga totalnya ada 16 (enam belas) kursi, satu meja guru, dan 3 sofa kecil. Dinding kelas, meja dan kursi murid dicat dengan warna-wana terang yang dapat meningkatkan minat dan motivasi anak dalam proses belajar.



















Di luar kelas :

Terdiri dari mainan seperti ayunan, pelosotan, permainan balok-balok kecil, dan lain-lain. Alat permainan yang diletakkan di luar kelas (taman) dapat melatih kemampuan motorik murid karena ada alat permainan yang mengharuskan anak memanjat, menjaga keseimbangan tubuh, dan lain-lain.

Di luar kelas terdapat sofa untuk para orang tua murid yang hendak menunggu anaknya dan di samping sofa ada rak-rak sepatu dimana anak diwajibkan untuk melepaskan sepatu dan menyusun sepatu mereka sebelum mereka masuk ke dalam kelas. Secara tidak langsung, hal ini mengajarkan disiplin kepada anak.












Awal proses belajar :

Ketika murid-murid datang sebelum lonceng kelas berbunyi, mereka diperbolehkan bermain di taman dengan diawasi oleh guru. Tepat pukul 08.00 WIB anak-anak disuruh masuk ke kelas dan duduk dikursinya dengan rapi. Tamburin adalah alat yang sangat akrab dengan guru di TK ini karena segala instruksi seperti (lonceng kelas, jam istirahat, kegiatan makan, bernyanyi dan lain-lain) dilakukan dengan bunyi dari tamburin. Tamburin dibunyikan, dan anak-anak berlarian masuk ke dalam kelas.

Ketika anak-anak sudah duduk dengan rapi, mereka disambut dengan kata “selamat pagi, anak-anak”, kemudian guru melakukan sedikit percakapan dengan anak (misalnya mengabsen murid diikuti dengan jawaban murid “Saya, Bu guru” untuk menandakan bahwa mereka hadir dan guru menanyakan apakah mereka sudah mengerjakan PR). Sebelum memulai pelajaran, anak-anak diajak untuk berdoa sesuai agama masing-masing (karena ada sebagian murid yang beragama Islam dan ada sebagian lagi yang beragama Kristen), doa sebelum belajar pun dimulai.

Selesai berdoa, anak-anak kemudian bernyanyi (pada awalnya mereka bernyanyi sambil duduk di meja masing-masing kemudian mereka berdiri dan menari sambil bernyanyi bersama guru-guru mereka). Mereka bernyanyi selama kurang lebih 20 menit, terkadang ibu gurunya menanyakan lagu apa yang ingin dinyanyikan lalu murid menjawab sebuah lagu dan mereka menyanyikan lagu tersebut sambil menggoyang-goyangkan badan. Ketika ada murid yang tidak menari bersama, ibu guru mengatakan “ Siapa yang tidak menari, akan dikasi hukuman” . Murid terlihat sangat senang dalam situasi tersebut, hal ini tampak dari muka mereka yang ceria, tersenyum dan suara mereka yang kuat.

Proses belajar :

Setelah anak puas dengan kegiatan bernyanyi, maka pelajaran pun dimulai. Sebelum itu, anak diperbolehkan minum akan tetapi mereka tidak langsung lari berhamburan ke tempat minum mereka melainkan mereka menunggu instruksi dari guru mereka (misalnya : meja 1 ambil termosnya, setelah anak-anak dari meja 1 mengambil termos kemudian anak-anak dari meja lain menunggu instruksi dan begitu seterusnya sampai semua anak mengambil termos mereka). Karena ada 4 meja di dalam kelas, guru memberi nama pada setiap meja dengan sebutan meja 1,meja 2, meja 3 dan meja 4. Setelah minum, murid-murid memulai kegiatan belajar. Sebelum memulai pelajaran, guru menanyakan “hari ini hari apa?”, anak-anak dengan lantang menjawab “hari Kamis, bu”, kemudian guru menanyakan tanggal berapa, anak menjawab tanggal hari ini, diikuti dengan bulan dan tahun. Guru mencatat hari, tanggal, bulan dan tahun yang disebutkan murid di papan tulis.

Setelah itu, murid-murid diminta menyebutkan huruf alphabet (a-z), angka (1-80), nama-nama hari, dan nama-nama bulan diikuti dengan nyanyian (untuk nama hari) dan bunyi tamburin. Selama proses menghapal, ada anak yang diam dan tidak mau menyebutkan angka, sehingga guru datang ke meja anak tersebut dan mengajaknya mengucapkan angka. Selesai menghapal, semua anak diminta untuk putar bangku menghadap papan tulis.
Sekarang, mereka belajar mengenal dan membaca angka-angka dari 1-40. Guru menuliskan angka-angka tersebut secara berurut di papan tulis. Sebelum memulai ibu guru mengatakan, “nanti ibu suruh 1 per 1 maju ke depan untuk membaca,yang bisa menjawab akan diberikan hadiah”

Pada awalnya, anak-anak diminta untuk membaca bersama semua angka secara berurut (ketika murid-murid salah menyebutkan angka yang ditunjuk, ibu guru menyebutkan angka yang tepat dan diulangi murid-murid) kemudian anak-anak disuruh satu persatu-satu ke depan dan menghapalkan angka yang ditunjuk oleh guru secara acak supaya guru mengetahui apakah anak sudah bisa mengenal angka. Kurang lebih 1 anak maju ke depan untuk membaca angka selama 3-5 menit tergantung kemampuan anak dalam menguasai angka.

Sewaktu teman mereka disuruh maju satu per satu, ada sebagian anak yang jalan-jalan di dalam kelas, menganggu temannya, bahkan ada anak yang ketika temannya maju ke depan, dia langsung duduk di kursi temannya itu. Guru menegur anak itu dan menyuruh dia untuk duduk tenang. Ketika suasana kelas mulai tidak terkendali, guru mengatakan kepada anak “ Lipat tangan diikuti dengan hitungan sampai anak duduk manis dan melipat tangan mereka”.

Ketika ada murid yang mengalami kesulitan dalam mengenal angka, pada awalnya guru menaikkan suaranya “angka berapa ini?” dan jika anak masih tidak bisa menjawab, guru mengibaratkan “kursi terbalik itu angka berapa, burung terbang itu angka berapa?”, dan guru juga menanyakan kembali angka yang salah disebut oleh anak.

Setelah semua murid dipanggil, guru kemudian bertanya tanda “+” apa ini dan tanda “=” ini? Anak-anak menjawab tanda tambah dan sama dengan. Kemudian ibu guru membagikan buku latihan anak-anak yang dilengkapi dengan soal matematika dan membaca. Sebelumnya guru meminta murid—murid untuk mengeluarkan alat tulis mereka dan jika murid tidak membawanya, murid bisa meminjamnya dari guru mereka. Karena ada 2 guru dan 4 meja maka satu guru mengawasi 2 meja memastikan kalau murid mampu mengerjakan tugas yang diberikan dan membantu mereka jika mereka mengalami kesulitan. Anak diberikan waktu sekitar 30 menit untuk mengerjakan tugasnya. Tugasnya bervariasi dari berhitung samapai membaca.

Wawancara

Berhubung observasi yang kami lakukan hampir mendekati ujian semester dimana pada saat observasi, guru hanya memperkuat apa yang sudah diajarkan kepada anak berupa pengulangan pelajaran sehingga kami melakukan wawancara tambahan untuk menanyakan proses belajar murid.
Untuk melengkapi hasil observasi kami, berikut ini kami lampirkan hasil wawancara dengan kedua guru (dimana salah satu gurunya merangkap sebagai wakil kepala sekolah ---> Ibu Sisca dan guru yang satunya lagi bernama Ibu Titin) yang mengajar di kelas. Mereka merupakan tamatan S1 PGTK.

TK Cahaya Harapan berdiri sekitar 5 tahun yang lalu dimana tujuan mereka ialah untuk membangun kecerdasan anak-anak sehingga mereka dapat menjadi anak yang pintar. Selian itu, mereka hendak membekali murid dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk bisa duduk di bangku SD. Kurikulum yang dipakai TK ini berbasis kurikulum tahun 1994. Anak-anak diajarkan menulis, membaca, berhitung, mewarnai, dan melipat. Ujian untuk melihat kemampuan siswa dilaksanakan 2 kali dalam setahun (pada pertengahan semester dan akhir semester).

Pada saat proses belajar, anak diajarkan pelan-pelan dan bertahap sampai murid benar-benar mengenal dan mengetahui angka dan huruf. Anak yang sedikit lambat belajar dan nakal tidak boleh dimarahi ataupun diberi hukuman fisik tetapi ditegur dan diajarkan bagaimana cara belajar yang baik. Untuk murid-murid yang baru masuk, guru akan mengajarkan mereka dari pelajaran yang paling dasar (misalnya : mengenal alphabet) baru masuk ke tahap yang lebih kompleks (misalnya : membaca kata).

Pada orangtua, guru selalu mengkomunikasikan tentang perkembangan anak-anak mereka dalam belajar, jadi orangtua mengetahui bagaimana perkembangan anak-anaknya di sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selain proses belajar di dalam kelas adalah : anak-anak diberikan praktek komputer berupa games edukasi (1X seminggu), kegiatan berenang (1X dalam sebulan), dan mendongeng (1X seminggu). Selain itu, ada juga pelajaran agama dimana murid yang beragama Islam diajarkan ajaran Islam dan murid yang beragama Kristen diajarkan agama Kristen.

Yang unik dari TK ini adalah murid-murid di dalam kelas ini terdiri dari murid dengan usai yang berbeda (2-5 tahun) sehingga materi pelajaran yang diberikan disesuaikan dengan usia anak. Anak-anak mulai belajar dari jam 8.00 – 11.00 WIB dengan rincian 2 jam belajar dan sisa 1 jam terakhir diisi dengan kegiatan bermain dan makan bersama.


KAITAN HASIL OBSERVASI DENGAN TEORI BELAJAR

1. Teori Belajar Skinner

Dalam proses belajar, saat anak dapat memahami dan mengerti materi yang diberikan oleh guru maka anak akan diberikan reinforcement positif seperti diberikan pujian dan diberikan hadiah pada saat pembagian raport dan sebaliknya jika anak tidak dapat menjawab apa yang ditanyakan oleh guru, misalnya : seperti saat disuruh menyebutkan angka yang ditunjuk guru tetapi anak tersebut tidak mampu menjawab maka akan diberikan reinforcement negatif seperti teguran. Hal ini juga berlaku pada jam bernyanyi, ketika ada anak yang tidak mau bernyanyi dan menari (perilakunya diam atau malas) maka guru akan memberikan reinforcement negatif berupa teguran dan giliran pulang yang paling terakhir.

2. Teori Belajar Bandura

Dalam proses belajar anak juga melakukan belajar observasional (anak bukan hanya menirukan guru tetapi proses kognitifnya juga terlibat), hal ini bisa dilihat dari proses menari dan bernyanyi dimana anak menirukan gerakan guru yang memberikan contoh di depan kelas, selain menirukan anak juga mampu menghapal lagu yang dinyanyikan dengan baik. Dalam pelajaran menyebutkan angka, pada awalnya guru menyebutkan angka yang ada di papan tulis dan anak mengucapkan kembali, begitu prosesnya sampai anak mampu mengulang kembali tanpa pengarahan guru.

Ada 4 proses dalam belajar observasional :
• Proses atensi --> anak memperhatikan apa yang diajarkan oleh gurunya dalam hal ini angka 1 - 40 yang dituliskan di papan tulis
• Proses retensi --> anak membentuk skema tentang angka-angka tadi, bagaimana angka 1-40
• Proses pembentukan perilaku --> Ketika anak diminta maju ke depan kelas satu per satu dan anak mampu mengulang kembali angka-angka yang sudah terekam dalam skema mereka, hal ini ditunjukkan dengan anak mampu menyebutkan angka 1-40 walaupun angka-angka tersebut ditunjuk secara acak oleh guru mereka. Ketika anak salah menyebutkan angka, maka guru memberitahukan anak angka yang benar sehingga nantinya anak akan melakukan koreksi terhadap skema angka tersebut
• Proses motivasi --> anak termotivasi untuk bisa menyebutkan semua angka dengan benar dikarenakan reward yang dijanjikan oleh guru di awal pelajaran dimana “mereka akan diberikan reward jika mampu menyebut semua angka dengan benar”

3. Teori belajar Ausubel

Menurut Ausubel, guru yang berperan aktif di dalam kelas. Menurut kelompok kami, anak TK masih bergantung kepada guru mereka dalam hal belajar sehingga peran guru cukup besar. Dalam proses belajarnya, guru tidak hanya memberikan materi saja melainkan guru berusaha membuat materi tersebut menjadi bermakna, misalnya : dalam menghapal nama hari, hari-hari itu dibuat ke dalam sebuah lagu sehingga mudah diingat anak. Selain itu, pada pelajaran mengenal angka, beberapa angka diibaratkan dengan hal-hal yang erat kaitannya dengan kehidupan anak, misalnya : angka 3 diibaratkan burung terbang, angka 4 diibaratkan kursi terbalik, angka 8 seperti kacamata dibalik, dan lain-lain. Dengan mempelajari sesuatu yang bermakna, maka anak dapat mengingat pelajaran itu untuk jangka waktu yang lama tentunya dengan diselingi pengulangan pelajaran oleh guru di kelas dan anak di rumah.

Bagi Anak-anak yang baru masuk TK,mereka belajar mengenal kata secara bertahap dimana pada awalnya anak mengenal huruf alphabet, setelah mengenal huruf alphabet, anak dikenalkan dengan kata (kata sederhana misalnya kata yang terdiri dari 3 alphabet) dan cara pelafalan suatu kata diajarkan dengan memenggal kata satu per satu, misalnya : i-bu, ku-da, baru kemudian dibaca.

4. Teori Belajar Gagne

TK ini menggunakan kurikurum 1994, sehingga setiap materi yang diajarkan disusun berdasarkan kurikulum ini. Sebelum guru memberikan pelajaran kepada anak-anak setiap harinya, terlebih dahulu guru menyusun rencana kegiatan belajar sebagai pedomannya untuk mengajar, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.

Menurut Gagne, ada 9 instructional process :
a. Gaining attention --> guru mendapatkan perhatian siswa dengan menggunakan tamburin karena TK ini identik dengan tamborin dalam setiap kegiatan belajar mengajar,misalnya segala instruksi seperti (lonceng kelas, jam istirahat, kegiatan makan, bernyanyi dan lain-lain) dilakukan dengan bunyi dari tamburin. Ketika anak ribut dalam kelas, tamburi ini sebagai alat untuk mengalihkan perhatian anak kembali kepada pelajaran.

b. Berikan informasi tentang tujuan pembelajaran
Guru memberitahukan kepada anak hari ini kita belajar angka supaya anak bisa mengenal angka

c. Stimulating recall of prior learning
Sebelum memanggil satu satu ke depan, guru meminta anak untuk mengulang angka dari 1-80

d. Presenting the stimulus
Angka – angka (1-40) tersebut ditulis di papan tulis.

e. Memberikan bimbingan belajar
Sebelum memanggil anak untuk maju ke depan satu per satu dan membaca angka, guru mengajak anak-anak membaca bersama-sama angka yang tertera di papan tulis.

f. Eliciting performance
Anak maju ke depan satu per satu untuk membaca angka secara bergantian dimana angka yang ditunjuk oleh gurunya adalah angka-angka secara acak (misalnya : dari angka 1 tiba-tiba ke angka 9)

g. Providing feedback
Guru mengkoreksi angka yang disebutkan anak apakah anak sudah menyebutkannya dengan benar

h. Assessing performance
Untuk melihat apakah murid sudah paham, guru akan menanyakan kembali angka yang tadi salah disebut anak dimana sebelumnya anak ditanya angka yang lain dulu.

i. Enhancing retention dan transfer
Ketika semua anak telah selesai membaca angka yang tertera di papan tulis, maka guru membagikan buku latihan yang berisi soal berhitung. Jika anak mampu mengenal angka maka anak mampu mengerjakan soal hitungan sederhana.

5. Teori Belajar Piaget

Asimilasi --> Dalam proses belajar mengenal angka, anak menyebutkan angka sesuai dengan apa yang ada di skema mereka.

Akomodasi --> Akan tetapi ketika anak salah menyebutkan angka yang ditunjuk maka anak akan mengubah skema mereka, hal ini dibuktikan anak mampu menjawab angka yang salah dengan tepat dimana sebelumnya anak diminta untuk menyebutkan angka yang lain dulu.

6. Teori Belajar Vygotsky

Zone of Proximal Development
(ZPD) --> Anak pertama dibimbing oleh guru kemudian lama kelamaan dilepas, misalnya dalam membaca angka, anak yang tidak bisa mengenal angka masih dibantu oleh guru dengan cara guru menyebutkan satu angka kemudian anak mengulangnya, hal tersebut dilakukan anak mampu secara mandiri menyebutkan angka tersebut.

7. Teori Belajar Krathwhol

Kaitan 5 domain afektif dalam proses belajar TK Cahaya Harapan :
1. Penerimaan : guru mengajarkan pada anak lagu-lagu yang baru dan anak menerimanya dengan menyanyikannya kembali

2. Responding : saat menyanyikan anak merasa senang terhadap lagu tersebut ditandai dengan semangat mereka dalam bernyanyi

3. Valuing : penghargaan terhadap lagu tersebut ditandai dengan selalu dinyanyikannya lagu itu setiap hari

4. Organization : anak menentukan kapan lagu itu dinyanyikan, misalnya lagu sayonara mereka nyanyikan mendekati jam pulang sekolah. Mereka tahu kapan lagu-lagu kesukaan mereka harus dinyanyikan.

5. Karakteristik berdasarkan nilai-nilai : karena mereka menyukai lagu tersebut, maka setiap kali pulang sekolah, mereka akan menyanyikan lagu tersebut. Perilaku mereka menyanyikan lagu tersebut menggambarkan rasa suka mereka terhadap lagu tersebut.


KESIMPULAN DAN TESTIMONI ANGGOTA

Berdasarkan observasi yang dilakukan, TK Cahaya Harapan berdiri sekitar 5 tahun yang lalu dimana tujuan mereka ialah untuk membangun kecerdasan anak-anak sehingga mereka dapat menjadi anak yang pintar dan mereka ingin membekali murid dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk bisa masuk di bangku SD. Kurikulum yang dipakai TK ini berbasis kurikulum tahun 1994. Anak-anak diajarkan menulis, membaca, berhitung, mewarnai, dan melipat. Karena kemampuan ini merupakan hal yang penting dan menjadi syarat utama agar murid ini diterima di SD. TK Cahaya Harapan juga melakukan ujian untuk melihat kemampuan siswa, apakah siswa sudah dapat memahami dan mengenal angka dan huruf dan ujiannya dilaksanakan 2 kali dalam setahun (pada pertengah semester dan akhir semester). Dan ketika diaplikasikan kedalam teori belajar, banyak teori belajar yang sudah diaplikasikan oleh guru TK.

Testimoni
Alfine : Kami mengadakan observasi pada tanggal 4 november 2010 (Kamis), pada awalnya segala sesuatu berjalan lancar tetapi di tengah-tengah observasi ,tiba-tiba saya menerima telepon dari keluarga saya yang memberi kabar kalau nenek saya meninggal. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan observasi keesokan harinya. Pada tanggal 5 November 2010 (Jumat), kami mengobservasi anak-anak bermain dan mewawancarai kedua guru TK. Anak-anak TK tersebut sangat antusias ketika difoto.

Selesai wawancara, kami mencari hari untuk diskusi. Kendala yang dihadapi yaitu jadwal kami yang bentrok sehingga sulit mencari waktu yang tepat untuk diskusi. Sehingga pada awalnya hasil observasi kami kerjakan sendiri akan tetapi kami menggabungkan hasil observasi kami menjadi1 yaitu hasil observasi yang dicantumkan di laporan. Kami melakukan diskusi untuk membahas kaitan hasil observasi dengan teori belajar. Akhirnya laporan kami selesai tepat pada waktunya.

Icha : Sesaat setelah pengundian kelompok 2 mendapatkan tugas observasi ke TK, kami langsung menentukan kira-kira ke TK mana kami akan melakukan observasi. Kami langsung merencanakan hari apa akan melakukan observasi. Kami mencoba menghubungi TK Juwita, namun kami tdk diberikan ijin untuk melakukan observasi di sekolah tersebut. Kami pun mengambil pilihan lain yaitu TK Cahaya Harapan. Winda yang mengurus pengijinan, lalu kami pun mencari hari yang tepat untuk berangkat ke TK tersebut untuk melakukan observasi.

Ketika kami datang ke TK Cahaya Harapan, kami diterima baik oleh Ibu Sisca, salah seorang guru yang juga merangkap sebagai wakil kepala sekolah. Awalnya siswa-siswa TK tersebut merasa aneh kepada kami yang mungkin asing bagi mreka. Tapi kmudian siswa-siswa tersebut dapat mengikuti kelas seprti biasa tanpa menghiraukan kehadiran kami yang mengamati mereka.Observasi kami lakukan 2x di 2 hari yg berbeda. Respon siswa-siswa terhadap kami di hari yg ke2 agak lebih cuek. Namun mereka semangat utk diajak berfoto.

Setelah selesai melakukan observasi, kami mendiskusikan semua data-data yang berhasil kami kumpulkan.

Winda : Menurut saya, observasi ini cukup menyenangkan disamping saya bisa mengenal anak-anak TK yang menyenangkan, ditambah guru-guru yang ramah, saya memetik pelajaran dari TK ini.

Pada awalnya kami cukup kebingungan mencari TK,tapi pada akhirnya TK yang kami kunjungi merupakan TK yang cukup sederhana dimana hanya ada satu kelas dan mereka memberikan layanan pendidikan kepada anak TK sebagai persiapan bekal mereka ke SD. Sederhana adalah kata yang identik dengan TK ini. Mulai dari setting kelas, sangat berbeda dengan TK yang sekarang. Proses observasi berlangsung cukup lancar dengan tidak banyak kendala yang dihadapi.

Ketika diskusi kaitan observasi dengan teori, kami berusaha menggabungkan beberapa pendapat yang berbeda dan untuk saya menggabungkan pendapat itu menjadi sebuah tantangan.

Selain itu, saya hendak memberi saran pada sekolah TK, jika bisa pada saat anak diminta maju satu per satu untuk membaca sebaiknya waktu untuk setiap anak cukup singkat, jangan terlalu lama dikarenakan anak-anak yang lain merasa bosan menunggu giliran mereka. Memang ada sisi positifnya dimana kemampuan anak dalam mengenal angka dapat diuji dengan baik akan tetapi bukankah sebaiknya waktu untuk membaca ke depan disesuaikan dengan jumlah murid.Saya harap saran saya dapat memajukan TK tersebut agar lebih baik di masa mendatang.

Selain itu, observasi ini menambah koneksi kami dengan pihak luar (TK Cahaya Harapan). Terima Kasih buat Bu Dina atas tugas observasi dan Terima Kasih untuk TK Cahaya Harapan. Semoga kita bisa bekerja sama lagi di lain kesempatan.

Video








DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar). edisi ke-7. Jakarta : Kencana Prenada Mulia
Bigge, Morris. 1982. Learning Theories for Teachers. New York : Harper & Row
Driscoll, Marcy P. 1994. Psychology of Learning for Instruction. Boston : Allyn and Bacon


Kelompok 2
Alfine Febrina Pinem (08-001)
Annisa Rizki Asrin (08-020)
Winda Dwiastuti (08-025)

2 komentar:

  1. Winda, sepertinya tidak ada kekurangan dalam laporan kalian ini. Kalau menurut saya sudah sangat jelas isi dari laporan ini. Terimakasih :)

    BalasHapus
  2. MAKASI ETENG. ICA JG NGERASA NIH HAHAHA

    BalasHapus