Jumat, 01 Oktober 2010

Solusi untuk mengubah kebiaasan SKS, Psi.Belajar 3

Kata SKS (Sistem Kebut Semalam) pastilah tidak asing untuk semua pelajar baik dari kalangan SMP, SMA , sampai bangku kuliah. SKS ini juga pernah menemani sejarah cara belajar saya sampai dengan kuliah. Salah satu alasan saya mengkaji SKS karena SKS ini sangat dekat dengan pengalaman belajar saya dan setelah mendengarkan penjelasan dosen mengenai teori Ausubel, saya mendapatkan insight bagaimana mengurangi kebiasaan SKS itu.

Guru : “Murid-murid, kalian sudah belajar? UTS sudah di ambang pintu.”
Murid-murid : “Belum,bu. Kan pakai SKS”

Menurut saya, SKS merupakan singkatan dari istilah Sistem Kebut Semalam yang cukup populer di kalangan siswa maupun mahasiswa. SKS ini berlaku ketika besok mau ujian, hari ini siswa/mahasiswa baru sibuk belajar. Memang materi yang ada terhapal dan kita bisa mengerjakan soal ujian cuma kalau ditanya lagi materi yang sama selang beberapa hari setelah ujian, pasti jawabannya lupa.

Alasan mahasiswa (termasuk saya) menggunakan SKS:
• Mereka malas membaca materi pada saat kuliah (sewaktu masa kuliah lebih suka menghabiskan waktu jalan-jalan --> “have fun”)
• Terpaksa karena terlalu banyak tugas ketika dekat ujian jadi tidak sempat membuat persiapan awal (Alasan saya memakai SKS)
• Menganggap remeh pelajaran (misalnya : pada anak SMA terutama pelajraan PPKN, di dalam benak siswa tertanam “satu hari belajar pasti sempat soalnya soal ujian PPKN pasti yang ditanyakan hal yang umum”)
• Materi yang diujikan sedikit sehingga muncul mindset SKS pun sempat.
• Dan masih banyak lagi (tergantung penilaian subjektif tentang SKS)

SKS bisa memberikan dampak positif dan juga dampak negatif dimana dampak positif tampak jelas ketika seseorang berhasil bisa mengerjakan soal ujian, akan tetapi dampak negatifnya berjangka panjang dan tampak di masa depan, misalnya : acara televisi “ Are you smarter than a 5th grader? ” sebenarnya ada kaitannya dengan SKS ini dimana dengan SKS kita memang mengingat materi yang ada akan tetapi sifatnya sementara. Coba saja tanyakan kepada mahasiswa pertanyaan kelas 5 SD, kemungkinan besar mereka tidak akan bisa menjawab. Mungkin saja ketika soal mereka diberikan kepada saya, mungkin saya mengalami kesulitan dalam menjawab, dikarenakan lupa. Hal ini dapat disebabkan guru SD saya lebih banyak memberikan materi dan saya sebagai siswa tinggal menghapal. Ketika SD, saya jarang menerapkan SKS bahkan tidak mengenal istilah SKS ini soalnya dulu ketika SD, saya memiliki guru les yang mengatur jadwal belajar sehingga jauh-jauh hari sebelum ujian semua bahan ujian sudah dipelajari.

Menurut saya, SKS bukannlah cara yang tepat dikarenakan informasi yang kita pelajari saat itu hanya bertahan untuk jangka waktu yang sangat singkat dan kemungkinan besar cepat dilupakan. Coba bandingkan dengan cara belajar yang lain seperti menyicil bahan ujian, bukankah itu lebih baik. Terutama untuk kalangan mahasiswa dimana apa yang kita pelajari di awal semester merupakan bekal yang akan mempermudah kita dalam penyusunan skripsi.

Hal "+" yang saya petik dari kuliah materi Ausubel dikaitkan dengan sistem SKS yang terkadang masih saya pakai :
1. Belajar dengan membuat skema (bisa berupa mind map)
Menurut Ausubel, seseorang akan lebih mudah menyerap informasi jika ia memiliki skema di otak mengenai hal yang akan dipelajari. Untuk mata kuliah tertentu, saya membuat mindmap untuk mempermudah proses belajar dan mengingat
2. Belajar bukan hanya sekedar menghapal tetapi memahami
Meaningful learning (Ausubel) --> sesuatu akan mudah dipelajari dan buat ia bermakna dengan dikaitkan ke materi lama sehingga informasi baru menjadi sesuatu yang bermakna dan bertahan lama.
Mungkin untuk informasi baru (yang kita tidak punya skema di otak, cara belajarnya yaitu kita menghapal, menghapal memang membentuk skema, akan tetapi skema tersebut tidak akan bertahan lama jika materi tidak dipahami dan diulang)
SKS mungkin membantu akan tetapi lebih baik kita memahami dan sering mengulang pelajaran biar pelajarannya masuk ke LTM.
3. Kalau bisa sebelum masuk pelajaran, baca materi yang ada sehingga paling tidak kita punya skema di otak tentang hal yang akan dipelajari sehingga ketika kuliah tinggal membenarkan skema dan sewaktu ujian skema itu diulang dan diperkuat; hal itu sudah saya coba terapkan dalam mata kuliah dan memberikan dampak yang sangat baik.

Daftar Pustaka
Driscoll, Marcy P. 1994. Psychology of Learning for Instruction. Boston : Allyn and Bacon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar