Kedua tokoh merupakan tokoh dari aliran teori Humanistik. Teori Humanistik merupakan teori yang paling abstrak dan paling mendekati dunia filsafat daripada dunia pendidikan. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuk paling ideal daripada belajar seperti apa adanya; dimana yang penting adalah isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Berikut akan dibahas 2 tokoh aliran humanistik :
1. David. A. Kolb
Teori belajar Kolb disebut teori belajar eksperimental yang melibatkan pengalaman, persepsi, kognisi dan perilaku. Kolb membagi kecenderungan seseorang dalam proses belajar menjadi empat kutub yaitu :
a. Kutub Pengalaman Konkrit (“Do”)
orang merasakan dan menceritakan apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya tanpa memahami kenapa sesuatu bisa terjadi.
b. Kutub Pengamatan Aktif dan reflektif (“Observe”)
Seseorang memikirkan kenapa sesuatu bisa terjadi, mencari alasan di balik terjadinya sesuatu
c. Kutub Konseptualisasi (“Think”)
Seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi obyek perhatiannya. Berpikir induktif banyak dipakai pada kutub ini. Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.
d. Kutub Eksperimentasi Aktif (“Plan”)
Artinya adalah melakukan eksperimentasi secara aktif, artinya seseorang sudah mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi yang nyata. Berpikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan dimana seseorang mampu menggunakan teori atau rumus-rumus untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kolb mengidentifikasi empat gaya belajar berhubungan dengan tahap-tahap belajar di atas meliputi :
• Assimilator--> seseorang yang dapat belajar baik ketika materi diberikan dengan suara
• Converger --> seseorang yang dapat belajar baik ketika materi diberikan dengan aplikasi dari konsep dan teori
• Accommodator --> seseorang yang dapat belajar baik ketika mereka berpartisipasi aktif
• Diverger --> seseorang yang dapat belajar baik ketika mereka diijinkan untuk mengobservasi dan mengumpulkan informasi
2. David .R. Krathwohl
Sebelum kita membahas tokoh berikut, akan lebih baik jika kita menyinggung taksonomi belajar Bloom, menurut Bloom apa yang mungkin dipelajari atau dikuasai siswa,tercakup dalam beberapa aspek:
a.Kognitif
Kognitif terdiri dari 6 (enam) tingkatan:
1.pengetahuan (mengingat,menghafal)
2.Pemahaman (menginterpretasikan)
3.aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
4.analisis (menjabarkan suatu konsep)
5.sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
6.evaluasi (membandingkan nilai,ide,metode dan sebagainya)
b.Psikomotor
Psikomotor terdiri dari 5 (lima) tingkatan:
1.peniruan (menirukan gerak)
2.penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3.ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4.perangkaian (melakukan beberapa gerak sekaligus denga benar)
5.naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
c.Afektif
Krathwohl terkenal dengan taksonomi dari domain afektif, taksonomi tersebut disusun berdasarkan prinsip Internalisasi. Internalisasi merupakan proses dimana afeksi seseorang terhadap objek dipassing dari keadaan sadar sampai tahap dimana afeksi tersebut diinternalisasi dan secara konsisten membimbing atau mengontrol perilaku orang tersebut.
Afektif terdiri dari 5 (lima) tingkatan:
1.pengenalan (ingin menerima,sadar akan adanya sesuatu)
2.merespons (aktif berpartisipasi) --> Hasil belajar : merespon dengan sukarela, atau kepuasan dalam merespon
3.penghargaan (menerima nilai-nilai,setia kepada nilai-nilai tertentu) -->Hasil belajar : perilaku yang konsisten dan stabil sehingga tampak nilai yang dianut
4.pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai) --> Hasil belajar : konsep nilai (mengenal tanggung jawab dari masing-masing individu untuk meningkatkan hubungan antar manusia) atau organisasi sistem nilai (mengembangkan rencana kerja yang akan memenuhi kebutuhan individu)
5.pengalaman (perilaku yang ditunjukkan sesuai nilai-nilai yang diinternalisasi)
David R.Krathwohl dalam buku “A taksonomy for learning, teaching, and assessing” mengadakan refisi aspek kemampuan kognitif dari Bloom dengan memilah menjadi 2 (dua) dimensi yakni, dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dalam dimensi pengetahuan, didalamnya memuat objek ilmu yang disusun dari (1) pengetahuan fakta, (2) pengetahuan konsep, (3) pengetahuan prosedural, dan (4) pengetahuan meta kognitif. Sedangkan dalam dimensi proses kognitif, didalamnya memuat enam tingkatan meliputi (1) mengingat, (2) mengerti, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, dan (6) mencipta.
Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Semua tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Maka sangat perlu diperhatikan perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dalam prakteknya teori humanistk ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
Kaitan ketiga domain dengan pengalaman saya :
Setiap sebulan sekali, saya menjadi kakak asuh di vihara saya. Adik-adik asuh saya merupakan anak kelas SMP 1-SMP 3. Bisa dibilang mereka berada dalam tahap pencarian identitas diri dan cukup sulit diatur. Setiap kakak asuh membawakan 1 kegiatan untuk adik-adik asuhnya. Saya diberikan waktu 1 jam untuk melakukan kegiatan dengan adik-adik asuh saya. Nama kegiatannya : menerobos rintangan dengan mata tertutup. Sebelum hari H acara, kami (kakak asuh) berlatih dahulu. Saya diberikan materi dan disuruh mempresentasikannya kepada pembimbing saya. Proses saya memahami dan menghapal isi kegiatan (domain kognitif), selain itu saya juga berkonsultasi dengan pembimbing saya kira-kira jenis kegiatan permainan apa yang disukai oleh adik-adik asuh saya yang masih di SMP 1- SMP 3. Saya ingin merancang permainan yang disukai mereka agar mereka tidak bosan(domain afektif). Setelah beberapa hari latihan, hari H dimulai, dan adik-adik asuh saya melakukan kegiatan menerobos rintangan dengan mata tertutup, mereka berdiskusi dalam kelompok dan praktek langsung cara menerobos rintangan (domain psikomotor)
Referensi
http://classweb.gmu.edu/ndabbagh/Resources/Resources2/krathstax.htm
http://baryons23.blogspot.com/2009/11/teori-belajar-humanistik-dan.html
http://www.learning-theories.com/experiential-learning-kolb.html
http://taliabupomai.blogspot.com/2010/04/pengertianteoridan-konsep-belajar.html
http://www.slideshare.net/haidah/taksonomi-bloom-dan-domain-krathwohl
1. David. A. Kolb
Teori belajar Kolb disebut teori belajar eksperimental yang melibatkan pengalaman, persepsi, kognisi dan perilaku. Kolb membagi kecenderungan seseorang dalam proses belajar menjadi empat kutub yaitu :
a. Kutub Pengalaman Konkrit (“Do”)
orang merasakan dan menceritakan apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya tanpa memahami kenapa sesuatu bisa terjadi.
b. Kutub Pengamatan Aktif dan reflektif (“Observe”)
Seseorang memikirkan kenapa sesuatu bisa terjadi, mencari alasan di balik terjadinya sesuatu
c. Kutub Konseptualisasi (“Think”)
Seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi obyek perhatiannya. Berpikir induktif banyak dipakai pada kutub ini. Walaupun kejadian-kejadian yang diamati tampak berbeda-beda, namun memiliki komponen-komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.
d. Kutub Eksperimentasi Aktif (“Plan”)
Artinya adalah melakukan eksperimentasi secara aktif, artinya seseorang sudah mampu untuk mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi yang nyata. Berpikir deduktif banyak digunakan untuk mempraktekkan dan menguji teori-teori serta konsep-konsep di lapangan dimana seseorang mampu menggunakan teori atau rumus-rumus untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Kolb mengidentifikasi empat gaya belajar berhubungan dengan tahap-tahap belajar di atas meliputi :
• Assimilator--> seseorang yang dapat belajar baik ketika materi diberikan dengan suara
• Converger --> seseorang yang dapat belajar baik ketika materi diberikan dengan aplikasi dari konsep dan teori
• Accommodator --> seseorang yang dapat belajar baik ketika mereka berpartisipasi aktif
• Diverger --> seseorang yang dapat belajar baik ketika mereka diijinkan untuk mengobservasi dan mengumpulkan informasi
2. David .R. Krathwohl
Sebelum kita membahas tokoh berikut, akan lebih baik jika kita menyinggung taksonomi belajar Bloom, menurut Bloom apa yang mungkin dipelajari atau dikuasai siswa,tercakup dalam beberapa aspek:
a.Kognitif
Kognitif terdiri dari 6 (enam) tingkatan:
1.pengetahuan (mengingat,menghafal)
2.Pemahaman (menginterpretasikan)
3.aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
4.analisis (menjabarkan suatu konsep)
5.sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
6.evaluasi (membandingkan nilai,ide,metode dan sebagainya)
b.Psikomotor
Psikomotor terdiri dari 5 (lima) tingkatan:
1.peniruan (menirukan gerak)
2.penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3.ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4.perangkaian (melakukan beberapa gerak sekaligus denga benar)
5.naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
c.Afektif
Krathwohl terkenal dengan taksonomi dari domain afektif, taksonomi tersebut disusun berdasarkan prinsip Internalisasi. Internalisasi merupakan proses dimana afeksi seseorang terhadap objek dipassing dari keadaan sadar sampai tahap dimana afeksi tersebut diinternalisasi dan secara konsisten membimbing atau mengontrol perilaku orang tersebut.
Afektif terdiri dari 5 (lima) tingkatan:
1.pengenalan (ingin menerima,sadar akan adanya sesuatu)
2.merespons (aktif berpartisipasi) --> Hasil belajar : merespon dengan sukarela, atau kepuasan dalam merespon
3.penghargaan (menerima nilai-nilai,setia kepada nilai-nilai tertentu) -->Hasil belajar : perilaku yang konsisten dan stabil sehingga tampak nilai yang dianut
4.pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai) --> Hasil belajar : konsep nilai (mengenal tanggung jawab dari masing-masing individu untuk meningkatkan hubungan antar manusia) atau organisasi sistem nilai (mengembangkan rencana kerja yang akan memenuhi kebutuhan individu)
5.pengalaman (perilaku yang ditunjukkan sesuai nilai-nilai yang diinternalisasi)
David R.Krathwohl dalam buku “A taksonomy for learning, teaching, and assessing” mengadakan refisi aspek kemampuan kognitif dari Bloom dengan memilah menjadi 2 (dua) dimensi yakni, dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dalam dimensi pengetahuan, didalamnya memuat objek ilmu yang disusun dari (1) pengetahuan fakta, (2) pengetahuan konsep, (3) pengetahuan prosedural, dan (4) pengetahuan meta kognitif. Sedangkan dalam dimensi proses kognitif, didalamnya memuat enam tingkatan meliputi (1) mengingat, (2) mengerti, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, dan (6) mencipta.
Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Semua tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Maka sangat perlu diperhatikan perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasikan dirinya serta realisasi diri. Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu diperhatikan karena seseorang akan dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dalam prakteknya teori humanistk ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.
Kaitan ketiga domain dengan pengalaman saya :
Setiap sebulan sekali, saya menjadi kakak asuh di vihara saya. Adik-adik asuh saya merupakan anak kelas SMP 1-SMP 3. Bisa dibilang mereka berada dalam tahap pencarian identitas diri dan cukup sulit diatur. Setiap kakak asuh membawakan 1 kegiatan untuk adik-adik asuhnya. Saya diberikan waktu 1 jam untuk melakukan kegiatan dengan adik-adik asuh saya. Nama kegiatannya : menerobos rintangan dengan mata tertutup. Sebelum hari H acara, kami (kakak asuh) berlatih dahulu. Saya diberikan materi dan disuruh mempresentasikannya kepada pembimbing saya. Proses saya memahami dan menghapal isi kegiatan (domain kognitif), selain itu saya juga berkonsultasi dengan pembimbing saya kira-kira jenis kegiatan permainan apa yang disukai oleh adik-adik asuh saya yang masih di SMP 1- SMP 3. Saya ingin merancang permainan yang disukai mereka agar mereka tidak bosan(domain afektif). Setelah beberapa hari latihan, hari H dimulai, dan adik-adik asuh saya melakukan kegiatan menerobos rintangan dengan mata tertutup, mereka berdiskusi dalam kelompok dan praktek langsung cara menerobos rintangan (domain psikomotor)
Referensi
http://classweb.gmu.edu/ndabbagh/Resources/Resources2/krathstax.htm
http://baryons23.blogspot.com/2009/11/teori-belajar-humanistik-dan.html
http://www.learning-theories.com/experiential-learning-kolb.html
http://taliabupomai.blogspot.com/2010/04/pengertianteoridan-konsep-belajar.html
http://www.slideshare.net/haidah/taksonomi-bloom-dan-domain-krathwohl
Saya Calvina. NIM 08-065.
BalasHapusKomentar :
Sebelumnya di blog saya, Dean mengingatkan saya tentang materi Kolb yaitu mengenai tahap-tahap belajar yang harusnya diganti dengan kata yang lebih tepat. Baiknya Winda juga dapat memperhatikan kembali hal tersebut.
Menurut saya, resume winda sudah cukup baik karena Winda memaparkan pengalaman yang ada dengan mengaitkannya pada teori konsep domain.
Terima Kasih
:)
Terima kasih calvina, atas masukannya.. Akan saya perbaiki..
BalasHapusMarisa (08-039)
BalasHapusWinda, dengan mengaitkan teori ke pengalaman sangat membantu kita untuk lebih memahami, bagaimana kalau untuk resume berikutnya Winda juga coba mengaitkan dengan teori. Dari resume Winda, saya juga jadi terinspirasi untuk mulai mencoba mengaitkan teori dengan pengalaman, selain membantu kita lebih memahami, juga bisa membantu pembaca lebih mengerti.
Makasih Winda :D
Terima kasih marisa atas commentnya. Saya cukup senang jika teman-teman bisa terinspirasi dan mengkaitkan teori belajar dengan pengalaman nyata kita. Hal ini tentunya memudahkan proses belajar terutama pemahaman suatu konsep.
BalasHapus