Selasa, 21 Desember 2010

UAS ONLINE

Metode mengajar dosen dalam mata kuliah Psikologi belajar

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Menurut pendekatan ini, anak belajar paling baik melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan yang alamiah. Dalam kelas kontekstual, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.

Aplikasi dari proses mengajar dengan ketujuh komponen utama pendekatan kontekstual.

Pendekatan kontekstual memiliki 7 komponen utama :

komponen konstruktivisme (constructivism)

Pada tahap ini, murid mengkonstruksi apa yang mereka pelajari, dan murid sebaiknya mampu mengkonstruksi dan mentransformasikan informasi ini menjadi milik mereka. Ketika kuliah psi belajar, dosen memberikan kami tugas meresume setiap topik sebelum masuk kelas. Tujuannya agar mahasiswa secara aktif mengkonstruk/membangun pengetahuan mereka mengenai topik tersebut. Dengan membuat resume, dosen memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk menerapkan dan menemukan ide tentang topik yang akan dibahas dan hal ini dapat memicu kami dalam membuat skema (proses akomodasi tentang topik baru). Ketika belajar teori tertentu, dosen juga memberikan contoh yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini untuk menyadarkan kami bahwa kami bisa menerapkan teori yang kami pelajari dalam kehidupan sehari-hari.


komponen inkuiri (inquiry)

komponen ini menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh siswa merupakan hasil penemuan siswa sendiri bukan mengingat seperangkat fakta. Agar membantu kami menemukan informasi sendiri, dosen merancang tugas seperti "observasi ke sekolah". Tugas Observasi ke sekolah merupakan tugas yang bertujuan agar kami dapat melihat dan menemukan inti dari semua teori yang kami pelajari (kami ditugaskan untuk mengaplikasikan teori yang kami pelajari ke dalam hasil observasi). Sewaktu diskusi tentang pengertian proses dan sistem Pask, dosen memberikan kami petunjuk mengenai pengertian tersebut akan tetapi untuk memantapkan pemahaman kami, kami harus mencari di sumber lain.

komponen bertanya (questioning)

Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual.
Dalam setiap kesempatan, dosen selalu meminta mahasiswa untuk aktif bertanya agar dosen dapat mengetahui sejauh mana pemahaman kami. Sesi presentasi di kelas selalu diikuti dengan sesi tanya jawab. Dosen juga sangat aktif dalam menstimulasi kami dengan bertanya kepada kami pertanyaan seputar topik yang dibahas hari ini. Misalnya : " apa yang anda ketahui tentang Thorndike?", pertanyaan itu diajukan kepada kami sewaktu kuliah tokoh teori belajar Thorndike dan Skinner. Tujuan dari bertanya supaya dosen dapat mengecek pemahaman siswa, menstimuli siswa agar aktif bertanya, merefresh apa yang pernah dipelajari siswa, dan lain-lain


komponen masyarakat belajar (learning community)

Komponen ini melibatkan kerja sama dengan orang lain akan tetapi dalam hal ini siswa berinterkasi dengan siswa lain merupakan contoh masyarakat belajar. Prasyarat terbentuknya masyarakat belajar adalah proses komunikasi 2 arah yaitu adanya sharing antar teman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas psi belajar, dosen membagi kami ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 orang dimana kami diberi tugas presentasi dan kunjungan ke sekolah. Presentasi merupakan salah satu bentuk masyarakat belajar dimana kelompok presentasi menyampaikan materi yang mereka ketahui kepada teman-teman yang lain (antara yang tahu ke yang belum tahu). Sebelum presentasi, kelompok juga melakukan diskusi informal (di luar jam kuliah) untuk mensharing informasi yang belum dimiliki oleh anggota kelompok, saling tukar pikiran dan saling membantu anggota kelompok yang belum memahami materi yang nantinya akan kelompok presentasikan.

komponen pemodelan (modelling)

Pada komponen ini "model" merupakan kunci dalam membantu proses belajar. Model bisa berupa cara melakukan sesuatu, benda-benda, karya inovasi, dan lain-lain. Dalam proses kuliah psi. belajar, model yang lebih sering muncul adalah teman-teman (selesai presentasi kelompok, dosen memberikan feedback dan hal itu memicu kami untuk memodelling teman-teman yang presentasinya baik), selain itu cara dosen mengajar ataupun menerangkan suatu topik dapat menjadi model bagi mahasiswa dalam memperbaiki gaya presentasi. Pada saat tugas observasi ke sekolah, dosen menunjukkan blog masing-masing kelompok, tujuannya agar kami bisa memodeling blog yang baik dan memperbaiki kekurangan kami.


komponen refleksi (reflection)

Komponen ini cukup penting dalam proses belajar kontekstual karena refleksi adalah bagaimana mahasiswa dapat menerapkan apa yang baru dipelajari dan apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu ke dalam aktivitas sehari-hari. Tugas guru di sini adalah untuk membantu siswa membuat jembatan antara apa yang sudah dipelajari dengan yang baru dipelajari. Salah satu cara dosen membantu kami ialah dengan menanyakan tokoh teori belajar yang kami pelajari minggu lalu ke dalam pertemuan hari ini, misalnya : sebelum mempelajari tokoh Bruner mengenai "discovery learning", kami diajak kilas balik ke tokoh Ausubel ( topik yang dipelajari minggu lalu) agar kami tidak kebingungan karena kedua tokoh ini hampir serupa. Perbandingan tokoh yang dibuat setiap kali presentasi 2 tokoh juga membantu pemahaman kami tentang tokoh-tokoh tersebut.

komponen penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)

Assessment dilakukan untuk melihat bagaimana gambaran perkembangan belajar siswa dalam kelas, dan biasanya dilakukan pada saat atau seudah proses belajar berlangsung. Assessment dapat berupa hasil karya siswa, quiz, demonstrasi dan laporan. Salah satu bentuk assessment yang dilaksanakan dalam mata kuliah ini adalah laporan kunjungan ke sekolah, tugas karya tulis tentang pengalaman belajar dikaitkan dengan topik teori belajar. Tujuannya untuk melihat sejauh mana pemahaman mahasiswa mengenai topik tertentu. Bisa juga berupa tanya jawab dengan dosen.

Referensi
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran.Jakarta : Kencana.


Kamis, 09 Desember 2010

TO 2 : kaitan teori belajar dengan proses ujian online

Kaitan Proses TO 1 dengan teori belajar

1. Teori belajar Piaget
Menurut Piaget, informasi baru yang kita pelajari tidak boleh teralu sulit atau terlalu mudah dikarenakan agar proses akomodasi dan asimilasi dapat tejadi. Proses akomodasi dapat ditinjau dari bagaimana saya yang pada mulanya kebingungan mengenai ujian online kemudian memahami proses dan langkah-langkah dalam ujian online, di dalam struktur kognitif terbentuk skema mengenai proses ujian online. Proses asimilasi terjadi ketika saya membuat posting jawaban ujian online saya di blog dimana cara saya memposting jawaban serupa dengan cara yang biasanya saya pakai untuk memposting tugas di blog.

2. Teori belajar Skinner
Comment yang ibu Dina berikan merupakan reinforcement positif untuk saya dimana dari respon kami terhadap pertanyaan, ibu memberikan feedback kepada kami tentang bagaimana jawaban kami. Comment ibu menjadi motivator atau penyemangat untuk kita untuk lebih baik dalam ujian.

3. Teori belajar Pask
Teori mengenai conversational process dalam belajar. Itulah yang terjadi ketika kita menggunakan google talk untuk berkomunikasi dan juga proses ibu memposting soal di blog belajar sebenarnya itu merupakan proses conversation yang terjadi antara dosen dan mahasiswa pada saat ujian online.

4. Teori Belajar Thorndike
Law of readiness dimana ketika seseorang siap melakukan sesuatu dan tidak melakukannya akan membuat orang merasa terganggu. Ketika kita siap untuk menghadapi ujian online dengan belajar di rumah atau mempersiapkan diri maka dengan adanya proses TO ini, kita dapat mengerahkan semua kemampuan kita untuk TO ini. Posting ibu untuk merefresh merupakan salah satu pemicu yang membantu kami untuk siap dalam menghadapi TO 2 karena kita diberikan clue mengenai TO berikutnya.

Transfer of training terjadi dimana proses TO online merupakan salah satu bentuk persiapan agar nantinya sewaktu UAS, kita bisa siap untuk menghadapi UAS mata kuliah Psikologi Belajar yang sebenarnya. Selain itu, apa yang kita hadapi dalam TO online ini kurang lebih akan serupa dengan TO yang akan kita hadapi di UAS. Jadi skill apapun yang kita kerahkan dalam TO online serupa dengan skill yang harus kita kerahkan untuk ujian UAS.

Law of Practice terjadi ketika proses dua kali TO online merupakan cara yang dilakukan untuk membiasakan kami dengan ujian sebenarnya yang akan kami hadapi. Semakin terbiasa kami dengan ujian online maka kami akan melakukan performansi yang terbaik dalam ujian dibandingkan jika kami sama sekali tidak tahu bagaimana cara ujian online.

5. Teori Belajar Gagne
Peristiwa belajar Gagne juga terdapat dalam proses TO ini yaitu :
1. Motivasi
TO ini dilaksanakan untuk memudahkan mahasiswa dalam ujian nanti, hal itulah yang membuat kami penasaran dan termotivasi dalam mengikuti TO online. Rasa penasaran kami juga timbul karena bagi beberapa dari kami ujian online merupakan hal yang baru.

2. Apprehending
Hari TO pun tiba dan kami bersiap dengan cara membaca ulang materi yang pernah dipelajari untuk merefresh ingatan kami. Ketika Kita bertemu di group chat dan berdiskusi, itulah saat yang kami sadari sebagau tanda dimulainya ujian (sebelum ibu memposting soal di blog psikologi belajar)

3. Acquisition
Setelah mengetahui ada soal yang diposting di blog maka kami pun segera memasukkan stimulus (postingan soal di blog) ke dalam struktur kognitif dan hasilnya kami memikirkan respon apa yang harus kami berikan.

4. Retention
Setelah TO 1 berakhir, kami memiliki skema mengenai bagaimana TO online berlangsung

5. Recall
Sehari sebelum menghadapi TO 2, saya mencoba mengingat proses TO 1, kira-kira kendala apa yang saya temui dalam TO 1 dan berusaha mempersiapkan diri saya dengan baik untuk menghadapi TO 2

6. Generalization
TO 2 berlangsung dan saya mengaplikasikan apa yang saya ketahui dari TO 1 ke TO 2, misalnya : mengecek blog belajar, sign in ke blog dulu untuk memudahkan proses menjawab soal TO

7. Performance
Sewaktu menerima soal TO 2, saya langsung mengerjakan soal dan hasil dari jawaban saya akan saya post di blog

8. Feedback
Pada TO 1 yang lalu, Bu Dina ada memberikan comment di posting jawaban kami (mungkin itu belum semua mahasiswa) tetapi saya berharap agar TO 2 ini juga diberikan feedback agar kita tau mana kekurangan kita dan memperbaikinya agar lebih baik

6. Teori belajar Kolb
Dalam proses TO ini secara tidak langsung kita menjadi doer (accommodator) dimana eksprimentasi aktif dan pengalaman konkrit menjadi focus utama. Proses kita menjalani TO online merupakan proses concrete experience sedangkan bagaimana kita mengaplikasikan teori belajar untuk menjawab soal TO online ini merupakan active experimentation.

Referensi
Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar). edisi ke-7. Jakarta : Kencana Prenada Mulia

Bigge, Morris. 1982. Learning Theories for Teachers. New York : Harper & Row

Kamis, 02 Desember 2010

kekurangan dan kelebihan Ujian online dengan ujian konvensional.

kekurangan dan kelebihan Ujian online dengan ujian konvensional.

Kelebihan
  • Ujian online merupakan ujian yang menyenangkan tetapi agak menegangkan karena kita harus tetap mereload page utama untuk mengetahui apakah soal ujian yang berikutnya telah keluar. Stimulus : ujian online menghasilkan respon : perasaan senang + tegang. Kalau ujian biasa, soal ujiannua sudah ada kita tinggal menjawab soal tersebut.
  • Mahasiswa harus benar-benar siap jika tidak maka sewaktu ujian mereka akan kalang kabut mencari referensi. Ini merupakan sisi positif dimana menurut law of readiness, jika ingin menghasilkan performansi yang terbaik maka kita harus siap.
  • kalau ujian konvensioanl, kita merespon soal ujian dengan cara asimilasi (menjawab soal sesuai dengan apa yang ada di skema karena kebanyakan ujian ini sifatnya closed-book). Kalau ujian online, dimana kemungkinan kita bisa menemukan sumber yang dapat memperkaya jawaban kita dan sekaligus merubah struktur kognitif kita, seandainya ada informasi yang belum kita ketahui (akomodasi).
  • Mengurangi global warming, karena kita tidak harus ujian menggunakan kertas.
  • Mahasiswa aktif untuk mereload, mencari tau apakah soal ujian berikutnya sudah diposting, mencari referensi tambahan --> teori konstruktivisme dimana kita secara aktif mencari pengetahuan.
  • feedback berupa comment yang diberikan dapat membantu kami untuk lebih semangat (reinforcement)

kekurangan
  • Ujian online mewajibkan mahasiswa membawa modem dan laptop (ditambah baterai laptop yang harus terjaga), seandainya worst case scenario muncul : mati lampu, ujian ini bisa terhambat.
  • tekanan waktu karena kita tidak dapat memprediksi apakah soal ujian berikutnya lebih sulit atau mudah dari soal sebelumnya.
Kesimpulan pada kekurangan dimana kita harus siap, segala persiapan harus matang mulai dari dosen dan mahasiswa --> Thorndike

Pendekatan melalui teori Ausubel & Thorndike

Proses saya merefresh bahan ujian merupakan penerapan dari teori kognitif Ausubel dimana tujuan saya mempelajari ulang bahan supaya apa yang sudah terekam di skema saya dapat dimunculkan kembali. Jika kita sudah memiliki skema di dalam struktur kognitif tetapi kita tidak melakukan pengulangan untuk memperkuat apa yang sudah pernah dipelajari maka skema itu bisa dilupakan. Selain itu kita perlu membuat materi belajar meaningful agar mudah diingat, dimana ketika saya belajar tadi saya coba mengkaitkan materi dengan contoh kehidupan nyata. Proses belajar yang saya lakukan bertujuan agar saya siap menghadapi simulasi ujian online. Menurut Thorndike, law of readiness : jika kita siap,maka ketika kita melakukannya, hasil kerja kita akan maksimal.

Referensi

Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar). edisi ke-7. Jakarta : Kencana Prenada Mulia

http://lpmpsumsel.org/index.php?option=com_content&view=article&id=84:teori-teori-pembelajaran-menurut-aliran-psikologi-behavioristik-2 (TEORI-TEORI PEMBELAJARAN MENURUT ALIRAN PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK (2), akses 2 desember 2010)

kesan uji coba ujian online

Persiapannya ujian ini cukup baik. Cuma muncul sedikit masalah dalam modemnya, karena laptop saya tidak bisa terhubung dengan modem maka saya meminjam modem dan laptop sepupu saya. Persiapan belajar dilakukan dengan membaca ulang semua bahan untuk merefresh apa yang sudah pernah dipelajari. Sebelumnya, saya juga bertanya-tanya kira-kira bagaimana bentuk ujian online. Akan tetapi sekarang sudah terjawab. Ujian Online ini merupakan inovasi baru karena jarang ada dosen yang memanfaatkan perkembangan teknologi seperti yang ibu lakukan. Terima Kasih

Rabu, 17 November 2010

Observasi Kegiatan Proses Belajar TK Cahaya Harapan

IDENTITAS SEKOLAH


1. Lokasi dan waktu observasi
Lokasi
TK Cahaya Harapan
Jl. Kamboja No.8 Tanjung Rejo
Medan




Foto Guru beserta Murid-Murid TK Cahaya Harapan

Waktu Observasi
Tanggal 4 November 2010 (Hari Kamis) Jam : 08.00 - 09.15 , Observasi
Tanggal 5 November 2010 (Hari Jumat) Jam : 09.00-10.00, Observasi dan wawancara

2. Subyek dan obyek yang diobservasi
Subyek : Murid-Murid TK Cahaya Harapan yang berjumlah 12 orang

Obyek : Observasi pada hari Kamis dilakukan saat awal murid-murid masuk ke dalam kelas, pembukaan proses belajar (bernyanyi) dan masuk kepada pelajaran mengenal angka

Observasi pada hari Jumat dilakukan saat murid-murid bermain dikarenakan pada hari jumat, murid-murid hanya belajar dari jam 8-10 pagi.


HASIL OBSERVASI

Setting Kelas :

Didalam kelas terdapat gambar-gambar dan poster binatang, buah-buahan, huruf, angka dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Dan dilengkapi juga dengan jam dinding, tempat sampah, aquarium, kipas angin, dan rak tempat penyimpanan tas anak-anak.











Untuk membantu anak dalam proses belajar, di dalam kelas terdapat satu white board. Di dekat white board diletakkan sebuah lemari yang berfungsi untuk menyimpan buku-buku murid, buku-buku pelajaran, serta peralatan tulis guru. Ada empat meja persegi dimana setiap kursi berada di sisi meja sehingga totalnya ada 16 (enam belas) kursi, satu meja guru, dan 3 sofa kecil. Dinding kelas, meja dan kursi murid dicat dengan warna-wana terang yang dapat meningkatkan minat dan motivasi anak dalam proses belajar.



















Di luar kelas :

Terdiri dari mainan seperti ayunan, pelosotan, permainan balok-balok kecil, dan lain-lain. Alat permainan yang diletakkan di luar kelas (taman) dapat melatih kemampuan motorik murid karena ada alat permainan yang mengharuskan anak memanjat, menjaga keseimbangan tubuh, dan lain-lain.

Di luar kelas terdapat sofa untuk para orang tua murid yang hendak menunggu anaknya dan di samping sofa ada rak-rak sepatu dimana anak diwajibkan untuk melepaskan sepatu dan menyusun sepatu mereka sebelum mereka masuk ke dalam kelas. Secara tidak langsung, hal ini mengajarkan disiplin kepada anak.












Awal proses belajar :

Ketika murid-murid datang sebelum lonceng kelas berbunyi, mereka diperbolehkan bermain di taman dengan diawasi oleh guru. Tepat pukul 08.00 WIB anak-anak disuruh masuk ke kelas dan duduk dikursinya dengan rapi. Tamburin adalah alat yang sangat akrab dengan guru di TK ini karena segala instruksi seperti (lonceng kelas, jam istirahat, kegiatan makan, bernyanyi dan lain-lain) dilakukan dengan bunyi dari tamburin. Tamburin dibunyikan, dan anak-anak berlarian masuk ke dalam kelas.

Ketika anak-anak sudah duduk dengan rapi, mereka disambut dengan kata “selamat pagi, anak-anak”, kemudian guru melakukan sedikit percakapan dengan anak (misalnya mengabsen murid diikuti dengan jawaban murid “Saya, Bu guru” untuk menandakan bahwa mereka hadir dan guru menanyakan apakah mereka sudah mengerjakan PR). Sebelum memulai pelajaran, anak-anak diajak untuk berdoa sesuai agama masing-masing (karena ada sebagian murid yang beragama Islam dan ada sebagian lagi yang beragama Kristen), doa sebelum belajar pun dimulai.

Selesai berdoa, anak-anak kemudian bernyanyi (pada awalnya mereka bernyanyi sambil duduk di meja masing-masing kemudian mereka berdiri dan menari sambil bernyanyi bersama guru-guru mereka). Mereka bernyanyi selama kurang lebih 20 menit, terkadang ibu gurunya menanyakan lagu apa yang ingin dinyanyikan lalu murid menjawab sebuah lagu dan mereka menyanyikan lagu tersebut sambil menggoyang-goyangkan badan. Ketika ada murid yang tidak menari bersama, ibu guru mengatakan “ Siapa yang tidak menari, akan dikasi hukuman” . Murid terlihat sangat senang dalam situasi tersebut, hal ini tampak dari muka mereka yang ceria, tersenyum dan suara mereka yang kuat.

Proses belajar :

Setelah anak puas dengan kegiatan bernyanyi, maka pelajaran pun dimulai. Sebelum itu, anak diperbolehkan minum akan tetapi mereka tidak langsung lari berhamburan ke tempat minum mereka melainkan mereka menunggu instruksi dari guru mereka (misalnya : meja 1 ambil termosnya, setelah anak-anak dari meja 1 mengambil termos kemudian anak-anak dari meja lain menunggu instruksi dan begitu seterusnya sampai semua anak mengambil termos mereka). Karena ada 4 meja di dalam kelas, guru memberi nama pada setiap meja dengan sebutan meja 1,meja 2, meja 3 dan meja 4. Setelah minum, murid-murid memulai kegiatan belajar. Sebelum memulai pelajaran, guru menanyakan “hari ini hari apa?”, anak-anak dengan lantang menjawab “hari Kamis, bu”, kemudian guru menanyakan tanggal berapa, anak menjawab tanggal hari ini, diikuti dengan bulan dan tahun. Guru mencatat hari, tanggal, bulan dan tahun yang disebutkan murid di papan tulis.

Setelah itu, murid-murid diminta menyebutkan huruf alphabet (a-z), angka (1-80), nama-nama hari, dan nama-nama bulan diikuti dengan nyanyian (untuk nama hari) dan bunyi tamburin. Selama proses menghapal, ada anak yang diam dan tidak mau menyebutkan angka, sehingga guru datang ke meja anak tersebut dan mengajaknya mengucapkan angka. Selesai menghapal, semua anak diminta untuk putar bangku menghadap papan tulis.
Sekarang, mereka belajar mengenal dan membaca angka-angka dari 1-40. Guru menuliskan angka-angka tersebut secara berurut di papan tulis. Sebelum memulai ibu guru mengatakan, “nanti ibu suruh 1 per 1 maju ke depan untuk membaca,yang bisa menjawab akan diberikan hadiah”

Pada awalnya, anak-anak diminta untuk membaca bersama semua angka secara berurut (ketika murid-murid salah menyebutkan angka yang ditunjuk, ibu guru menyebutkan angka yang tepat dan diulangi murid-murid) kemudian anak-anak disuruh satu persatu-satu ke depan dan menghapalkan angka yang ditunjuk oleh guru secara acak supaya guru mengetahui apakah anak sudah bisa mengenal angka. Kurang lebih 1 anak maju ke depan untuk membaca angka selama 3-5 menit tergantung kemampuan anak dalam menguasai angka.

Sewaktu teman mereka disuruh maju satu per satu, ada sebagian anak yang jalan-jalan di dalam kelas, menganggu temannya, bahkan ada anak yang ketika temannya maju ke depan, dia langsung duduk di kursi temannya itu. Guru menegur anak itu dan menyuruh dia untuk duduk tenang. Ketika suasana kelas mulai tidak terkendali, guru mengatakan kepada anak “ Lipat tangan diikuti dengan hitungan sampai anak duduk manis dan melipat tangan mereka”.

Ketika ada murid yang mengalami kesulitan dalam mengenal angka, pada awalnya guru menaikkan suaranya “angka berapa ini?” dan jika anak masih tidak bisa menjawab, guru mengibaratkan “kursi terbalik itu angka berapa, burung terbang itu angka berapa?”, dan guru juga menanyakan kembali angka yang salah disebut oleh anak.

Setelah semua murid dipanggil, guru kemudian bertanya tanda “+” apa ini dan tanda “=” ini? Anak-anak menjawab tanda tambah dan sama dengan. Kemudian ibu guru membagikan buku latihan anak-anak yang dilengkapi dengan soal matematika dan membaca. Sebelumnya guru meminta murid—murid untuk mengeluarkan alat tulis mereka dan jika murid tidak membawanya, murid bisa meminjamnya dari guru mereka. Karena ada 2 guru dan 4 meja maka satu guru mengawasi 2 meja memastikan kalau murid mampu mengerjakan tugas yang diberikan dan membantu mereka jika mereka mengalami kesulitan. Anak diberikan waktu sekitar 30 menit untuk mengerjakan tugasnya. Tugasnya bervariasi dari berhitung samapai membaca.

Wawancara

Berhubung observasi yang kami lakukan hampir mendekati ujian semester dimana pada saat observasi, guru hanya memperkuat apa yang sudah diajarkan kepada anak berupa pengulangan pelajaran sehingga kami melakukan wawancara tambahan untuk menanyakan proses belajar murid.
Untuk melengkapi hasil observasi kami, berikut ini kami lampirkan hasil wawancara dengan kedua guru (dimana salah satu gurunya merangkap sebagai wakil kepala sekolah ---> Ibu Sisca dan guru yang satunya lagi bernama Ibu Titin) yang mengajar di kelas. Mereka merupakan tamatan S1 PGTK.

TK Cahaya Harapan berdiri sekitar 5 tahun yang lalu dimana tujuan mereka ialah untuk membangun kecerdasan anak-anak sehingga mereka dapat menjadi anak yang pintar. Selian itu, mereka hendak membekali murid dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk bisa duduk di bangku SD. Kurikulum yang dipakai TK ini berbasis kurikulum tahun 1994. Anak-anak diajarkan menulis, membaca, berhitung, mewarnai, dan melipat. Ujian untuk melihat kemampuan siswa dilaksanakan 2 kali dalam setahun (pada pertengahan semester dan akhir semester).

Pada saat proses belajar, anak diajarkan pelan-pelan dan bertahap sampai murid benar-benar mengenal dan mengetahui angka dan huruf. Anak yang sedikit lambat belajar dan nakal tidak boleh dimarahi ataupun diberi hukuman fisik tetapi ditegur dan diajarkan bagaimana cara belajar yang baik. Untuk murid-murid yang baru masuk, guru akan mengajarkan mereka dari pelajaran yang paling dasar (misalnya : mengenal alphabet) baru masuk ke tahap yang lebih kompleks (misalnya : membaca kata).

Pada orangtua, guru selalu mengkomunikasikan tentang perkembangan anak-anak mereka dalam belajar, jadi orangtua mengetahui bagaimana perkembangan anak-anaknya di sekolah.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan selain proses belajar di dalam kelas adalah : anak-anak diberikan praktek komputer berupa games edukasi (1X seminggu), kegiatan berenang (1X dalam sebulan), dan mendongeng (1X seminggu). Selain itu, ada juga pelajaran agama dimana murid yang beragama Islam diajarkan ajaran Islam dan murid yang beragama Kristen diajarkan agama Kristen.

Yang unik dari TK ini adalah murid-murid di dalam kelas ini terdiri dari murid dengan usai yang berbeda (2-5 tahun) sehingga materi pelajaran yang diberikan disesuaikan dengan usia anak. Anak-anak mulai belajar dari jam 8.00 – 11.00 WIB dengan rincian 2 jam belajar dan sisa 1 jam terakhir diisi dengan kegiatan bermain dan makan bersama.


KAITAN HASIL OBSERVASI DENGAN TEORI BELAJAR

1. Teori Belajar Skinner

Dalam proses belajar, saat anak dapat memahami dan mengerti materi yang diberikan oleh guru maka anak akan diberikan reinforcement positif seperti diberikan pujian dan diberikan hadiah pada saat pembagian raport dan sebaliknya jika anak tidak dapat menjawab apa yang ditanyakan oleh guru, misalnya : seperti saat disuruh menyebutkan angka yang ditunjuk guru tetapi anak tersebut tidak mampu menjawab maka akan diberikan reinforcement negatif seperti teguran. Hal ini juga berlaku pada jam bernyanyi, ketika ada anak yang tidak mau bernyanyi dan menari (perilakunya diam atau malas) maka guru akan memberikan reinforcement negatif berupa teguran dan giliran pulang yang paling terakhir.

2. Teori Belajar Bandura

Dalam proses belajar anak juga melakukan belajar observasional (anak bukan hanya menirukan guru tetapi proses kognitifnya juga terlibat), hal ini bisa dilihat dari proses menari dan bernyanyi dimana anak menirukan gerakan guru yang memberikan contoh di depan kelas, selain menirukan anak juga mampu menghapal lagu yang dinyanyikan dengan baik. Dalam pelajaran menyebutkan angka, pada awalnya guru menyebutkan angka yang ada di papan tulis dan anak mengucapkan kembali, begitu prosesnya sampai anak mampu mengulang kembali tanpa pengarahan guru.

Ada 4 proses dalam belajar observasional :
• Proses atensi --> anak memperhatikan apa yang diajarkan oleh gurunya dalam hal ini angka 1 - 40 yang dituliskan di papan tulis
• Proses retensi --> anak membentuk skema tentang angka-angka tadi, bagaimana angka 1-40
• Proses pembentukan perilaku --> Ketika anak diminta maju ke depan kelas satu per satu dan anak mampu mengulang kembali angka-angka yang sudah terekam dalam skema mereka, hal ini ditunjukkan dengan anak mampu menyebutkan angka 1-40 walaupun angka-angka tersebut ditunjuk secara acak oleh guru mereka. Ketika anak salah menyebutkan angka, maka guru memberitahukan anak angka yang benar sehingga nantinya anak akan melakukan koreksi terhadap skema angka tersebut
• Proses motivasi --> anak termotivasi untuk bisa menyebutkan semua angka dengan benar dikarenakan reward yang dijanjikan oleh guru di awal pelajaran dimana “mereka akan diberikan reward jika mampu menyebut semua angka dengan benar”

3. Teori belajar Ausubel

Menurut Ausubel, guru yang berperan aktif di dalam kelas. Menurut kelompok kami, anak TK masih bergantung kepada guru mereka dalam hal belajar sehingga peran guru cukup besar. Dalam proses belajarnya, guru tidak hanya memberikan materi saja melainkan guru berusaha membuat materi tersebut menjadi bermakna, misalnya : dalam menghapal nama hari, hari-hari itu dibuat ke dalam sebuah lagu sehingga mudah diingat anak. Selain itu, pada pelajaran mengenal angka, beberapa angka diibaratkan dengan hal-hal yang erat kaitannya dengan kehidupan anak, misalnya : angka 3 diibaratkan burung terbang, angka 4 diibaratkan kursi terbalik, angka 8 seperti kacamata dibalik, dan lain-lain. Dengan mempelajari sesuatu yang bermakna, maka anak dapat mengingat pelajaran itu untuk jangka waktu yang lama tentunya dengan diselingi pengulangan pelajaran oleh guru di kelas dan anak di rumah.

Bagi Anak-anak yang baru masuk TK,mereka belajar mengenal kata secara bertahap dimana pada awalnya anak mengenal huruf alphabet, setelah mengenal huruf alphabet, anak dikenalkan dengan kata (kata sederhana misalnya kata yang terdiri dari 3 alphabet) dan cara pelafalan suatu kata diajarkan dengan memenggal kata satu per satu, misalnya : i-bu, ku-da, baru kemudian dibaca.

4. Teori Belajar Gagne

TK ini menggunakan kurikurum 1994, sehingga setiap materi yang diajarkan disusun berdasarkan kurikulum ini. Sebelum guru memberikan pelajaran kepada anak-anak setiap harinya, terlebih dahulu guru menyusun rencana kegiatan belajar sebagai pedomannya untuk mengajar, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik.

Menurut Gagne, ada 9 instructional process :
a. Gaining attention --> guru mendapatkan perhatian siswa dengan menggunakan tamburin karena TK ini identik dengan tamborin dalam setiap kegiatan belajar mengajar,misalnya segala instruksi seperti (lonceng kelas, jam istirahat, kegiatan makan, bernyanyi dan lain-lain) dilakukan dengan bunyi dari tamburin. Ketika anak ribut dalam kelas, tamburi ini sebagai alat untuk mengalihkan perhatian anak kembali kepada pelajaran.

b. Berikan informasi tentang tujuan pembelajaran
Guru memberitahukan kepada anak hari ini kita belajar angka supaya anak bisa mengenal angka

c. Stimulating recall of prior learning
Sebelum memanggil satu satu ke depan, guru meminta anak untuk mengulang angka dari 1-80

d. Presenting the stimulus
Angka – angka (1-40) tersebut ditulis di papan tulis.

e. Memberikan bimbingan belajar
Sebelum memanggil anak untuk maju ke depan satu per satu dan membaca angka, guru mengajak anak-anak membaca bersama-sama angka yang tertera di papan tulis.

f. Eliciting performance
Anak maju ke depan satu per satu untuk membaca angka secara bergantian dimana angka yang ditunjuk oleh gurunya adalah angka-angka secara acak (misalnya : dari angka 1 tiba-tiba ke angka 9)

g. Providing feedback
Guru mengkoreksi angka yang disebutkan anak apakah anak sudah menyebutkannya dengan benar

h. Assessing performance
Untuk melihat apakah murid sudah paham, guru akan menanyakan kembali angka yang tadi salah disebut anak dimana sebelumnya anak ditanya angka yang lain dulu.

i. Enhancing retention dan transfer
Ketika semua anak telah selesai membaca angka yang tertera di papan tulis, maka guru membagikan buku latihan yang berisi soal berhitung. Jika anak mampu mengenal angka maka anak mampu mengerjakan soal hitungan sederhana.

5. Teori Belajar Piaget

Asimilasi --> Dalam proses belajar mengenal angka, anak menyebutkan angka sesuai dengan apa yang ada di skema mereka.

Akomodasi --> Akan tetapi ketika anak salah menyebutkan angka yang ditunjuk maka anak akan mengubah skema mereka, hal ini dibuktikan anak mampu menjawab angka yang salah dengan tepat dimana sebelumnya anak diminta untuk menyebutkan angka yang lain dulu.

6. Teori Belajar Vygotsky

Zone of Proximal Development
(ZPD) --> Anak pertama dibimbing oleh guru kemudian lama kelamaan dilepas, misalnya dalam membaca angka, anak yang tidak bisa mengenal angka masih dibantu oleh guru dengan cara guru menyebutkan satu angka kemudian anak mengulangnya, hal tersebut dilakukan anak mampu secara mandiri menyebutkan angka tersebut.

7. Teori Belajar Krathwhol

Kaitan 5 domain afektif dalam proses belajar TK Cahaya Harapan :
1. Penerimaan : guru mengajarkan pada anak lagu-lagu yang baru dan anak menerimanya dengan menyanyikannya kembali

2. Responding : saat menyanyikan anak merasa senang terhadap lagu tersebut ditandai dengan semangat mereka dalam bernyanyi

3. Valuing : penghargaan terhadap lagu tersebut ditandai dengan selalu dinyanyikannya lagu itu setiap hari

4. Organization : anak menentukan kapan lagu itu dinyanyikan, misalnya lagu sayonara mereka nyanyikan mendekati jam pulang sekolah. Mereka tahu kapan lagu-lagu kesukaan mereka harus dinyanyikan.

5. Karakteristik berdasarkan nilai-nilai : karena mereka menyukai lagu tersebut, maka setiap kali pulang sekolah, mereka akan menyanyikan lagu tersebut. Perilaku mereka menyanyikan lagu tersebut menggambarkan rasa suka mereka terhadap lagu tersebut.


KESIMPULAN DAN TESTIMONI ANGGOTA

Berdasarkan observasi yang dilakukan, TK Cahaya Harapan berdiri sekitar 5 tahun yang lalu dimana tujuan mereka ialah untuk membangun kecerdasan anak-anak sehingga mereka dapat menjadi anak yang pintar dan mereka ingin membekali murid dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk bisa masuk di bangku SD. Kurikulum yang dipakai TK ini berbasis kurikulum tahun 1994. Anak-anak diajarkan menulis, membaca, berhitung, mewarnai, dan melipat. Karena kemampuan ini merupakan hal yang penting dan menjadi syarat utama agar murid ini diterima di SD. TK Cahaya Harapan juga melakukan ujian untuk melihat kemampuan siswa, apakah siswa sudah dapat memahami dan mengenal angka dan huruf dan ujiannya dilaksanakan 2 kali dalam setahun (pada pertengah semester dan akhir semester). Dan ketika diaplikasikan kedalam teori belajar, banyak teori belajar yang sudah diaplikasikan oleh guru TK.

Testimoni
Alfine : Kami mengadakan observasi pada tanggal 4 november 2010 (Kamis), pada awalnya segala sesuatu berjalan lancar tetapi di tengah-tengah observasi ,tiba-tiba saya menerima telepon dari keluarga saya yang memberi kabar kalau nenek saya meninggal. Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan observasi keesokan harinya. Pada tanggal 5 November 2010 (Jumat), kami mengobservasi anak-anak bermain dan mewawancarai kedua guru TK. Anak-anak TK tersebut sangat antusias ketika difoto.

Selesai wawancara, kami mencari hari untuk diskusi. Kendala yang dihadapi yaitu jadwal kami yang bentrok sehingga sulit mencari waktu yang tepat untuk diskusi. Sehingga pada awalnya hasil observasi kami kerjakan sendiri akan tetapi kami menggabungkan hasil observasi kami menjadi1 yaitu hasil observasi yang dicantumkan di laporan. Kami melakukan diskusi untuk membahas kaitan hasil observasi dengan teori belajar. Akhirnya laporan kami selesai tepat pada waktunya.

Icha : Sesaat setelah pengundian kelompok 2 mendapatkan tugas observasi ke TK, kami langsung menentukan kira-kira ke TK mana kami akan melakukan observasi. Kami langsung merencanakan hari apa akan melakukan observasi. Kami mencoba menghubungi TK Juwita, namun kami tdk diberikan ijin untuk melakukan observasi di sekolah tersebut. Kami pun mengambil pilihan lain yaitu TK Cahaya Harapan. Winda yang mengurus pengijinan, lalu kami pun mencari hari yang tepat untuk berangkat ke TK tersebut untuk melakukan observasi.

Ketika kami datang ke TK Cahaya Harapan, kami diterima baik oleh Ibu Sisca, salah seorang guru yang juga merangkap sebagai wakil kepala sekolah. Awalnya siswa-siswa TK tersebut merasa aneh kepada kami yang mungkin asing bagi mreka. Tapi kmudian siswa-siswa tersebut dapat mengikuti kelas seprti biasa tanpa menghiraukan kehadiran kami yang mengamati mereka.Observasi kami lakukan 2x di 2 hari yg berbeda. Respon siswa-siswa terhadap kami di hari yg ke2 agak lebih cuek. Namun mereka semangat utk diajak berfoto.

Setelah selesai melakukan observasi, kami mendiskusikan semua data-data yang berhasil kami kumpulkan.

Winda : Menurut saya, observasi ini cukup menyenangkan disamping saya bisa mengenal anak-anak TK yang menyenangkan, ditambah guru-guru yang ramah, saya memetik pelajaran dari TK ini.

Pada awalnya kami cukup kebingungan mencari TK,tapi pada akhirnya TK yang kami kunjungi merupakan TK yang cukup sederhana dimana hanya ada satu kelas dan mereka memberikan layanan pendidikan kepada anak TK sebagai persiapan bekal mereka ke SD. Sederhana adalah kata yang identik dengan TK ini. Mulai dari setting kelas, sangat berbeda dengan TK yang sekarang. Proses observasi berlangsung cukup lancar dengan tidak banyak kendala yang dihadapi.

Ketika diskusi kaitan observasi dengan teori, kami berusaha menggabungkan beberapa pendapat yang berbeda dan untuk saya menggabungkan pendapat itu menjadi sebuah tantangan.

Selain itu, saya hendak memberi saran pada sekolah TK, jika bisa pada saat anak diminta maju satu per satu untuk membaca sebaiknya waktu untuk setiap anak cukup singkat, jangan terlalu lama dikarenakan anak-anak yang lain merasa bosan menunggu giliran mereka. Memang ada sisi positifnya dimana kemampuan anak dalam mengenal angka dapat diuji dengan baik akan tetapi bukankah sebaiknya waktu untuk membaca ke depan disesuaikan dengan jumlah murid.Saya harap saran saya dapat memajukan TK tersebut agar lebih baik di masa mendatang.

Selain itu, observasi ini menambah koneksi kami dengan pihak luar (TK Cahaya Harapan). Terima Kasih buat Bu Dina atas tugas observasi dan Terima Kasih untuk TK Cahaya Harapan. Semoga kita bisa bekerja sama lagi di lain kesempatan.

Video








DAFTAR PUSTAKA

Hergenhahn, B.R & Olson, M.H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar). edisi ke-7. Jakarta : Kencana Prenada Mulia
Bigge, Morris. 1982. Learning Theories for Teachers. New York : Harper & Row
Driscoll, Marcy P. 1994. Psychology of Learning for Instruction. Boston : Allyn and Bacon


Kelompok 2
Alfine Febrina Pinem (08-001)
Annisa Rizki Asrin (08-020)
Winda Dwiastuti (08-025)

Rabu, 10 November 2010

Teori Belajar Konstruktivistik

Sebelum membahas lebih jauh tentang konstruktivistik akan lebih baik jika kita terlebih dahulu membahas tentang pandangan konstruktivistik dengan pandangan objektivistik.
· Pandangan objektivistikà menurut pandangan ini, guru yang berperan dalam membentuk pemahaman siswa, dimana apa yang guru ajarkan, itu yang diterima oleh murid. Pengetahuan murid tersusun dari informasi yang diberikan oleh gurunya. Pandangan ini yang banyak diterapkan di sekolah pada zaman sekarang dimana murid-murid kebanyakan pasif dan hanya murni menerima apa yang dikatakan oleh gurunya.
· Pandangan konstruktivistikà pengetahuan dibentuk oleh individu (murid) sejalan dengan usaha mereka untuk memaknai pengalaman mereka. Individu akan terus membentuk, mengelaborasi dan menguji struktur mental sampai ditemukan struktur mental yang tepat. Informasi baru akan menganggu struktur kognitif yang telah terbentuk, jadi struktur kognitif harus diatur sedemikian rupa sehingga informasi baru memiliki makna. Pengetahuan yang terbentuk merupakan bagaimana konstruksi dari pengalaman manusia terhadap dunianya.
Konstruktivistik adalah suatu pandangan dimana murid aktif membentuk pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan tidak menerima pengetahuan secara pasif dari lingkungan. Guru pada hal ini bertindak sebagai fasilitator yang membimbing murid dalam belajar.

Tujuan belajar konstruktivistik
Penekanannya pada : “belajar dalam konteks” maksudnya konteks dimana aktivitas yang kita lakukan bermakna. Belajar adalah proses dinamis yang dihasilkan dari melakukan suatu aktivitas dalam situasi tertentu. Aktivitas berpikir merupakan tujuan utama dari konstruktivistik. Menurut pendekatan ini, tujuan dari pendidikan adalah mengupayakan agar proses retensi, memahami dan penggunaan aktif dari pengetahuan dan kemampuan. Selain itu, dibutuhkan kemampuan tertentu dalam mempelajari sesuatu, paling tidak murid sudah memiliki skill sebelumnya dalam mempelajari hal-hal yang baru. Guru dapat membantu melalui : melatih individu yang tidak punya kemampuan itu, membantu siswa dalam mengidentifikasi skill yang perlu dipelajari. Ketika anak memiliki skill yang diperlukan, tiba saatnya untuk memperbolehkan murid untuk mencari lingkungan yang dapat membantu mereka lebih efisien dalam menguasai informasi yang ada.

Kondisi belajar (Konstruktivistik)
1. Lingkungan belajar yang kompleks
Tugas yang terlalu mudah akan menghambat anak belajar bagaimana memecahkan masalah yang lebih kompleks, oleh karena itu situasi belajar perlu dibuat kompleks. Lingkungan belajar harus bisa menantang individu untuk mengkonstruksi model yang lebih baik atau paling tidak mempertimbangkan alternatif yang diberikan guru.
Perkins mengajukan :
construction kits” = merakit dari konsep yg konkret sampai dengan yang abstrak.
phenomenaria” = berupa simulasi games dan microworld berbasis komputer yang memperbolekan siswa mempelajari fenomena dan memanipulasi konsep dan asumsi dari fenomena tersebut.
2. Negosiasi sosial
Struktur mental berkembang melalui interaksi sosial. Salah satu caranya bisa dilakukan dengan kolaborasi. Kolaborasi bukan hanya sekedar mengajak murid untuk bekerja sama atau saling berbagi pengetahuan mereka. Melainkan, kolaborasi menghasilkan insight dan solusi, selain itu dengan teknik ini individu dapat belajar memahami perspektif orang lain daripada hanya memahami perspektif sendiri.
3. Juxtaposition of instructional content
Ketika kita tetap menggunakan satu strategi untuk menyelesaikan situasi yang berbeda, akan timbul hambatan dalam proses belajar. Salah satu cara untuk mencegah itu adalah melihat satu hal dari berbagai perspektif atau sudut pandang, tujuan akhir : mencapai goal dari advanced knowledge acquisition. Inilah pengertian dari juxtaposition ( melihat satu hal dari berbagai perspektif), selain itu kita juga bisa melihat satu hal dari berbagai model penyajian informasi (auditori, visual atau rabaan)
4. Nurturance of reflexivity
Kata kunci di sini adalah aware/sadar akan bagaimana struktur dan proses belajar terjadi., dengan reflexivity, sikap kritis muncul dalam pembelajar (sikap yang mendorong mereka untuk aware tentang bagaimana dan struktur kognitif apa yang menciptakan makna dari suatu hal). Ketika seseorang sadar akan struktur kognitif maka dia dapat mengeksplorasi lebih luas kira-kira apa hasil dari alternatif yang tersedia.
5. Student-Centered Instruction
Anak yang menentukan bagaimana dan apa strategi yang hendak diterapkan dalam proses belajarnya .Jika anak tidak mampu untuk melakukannya, maka guru adalah orang yang dapat membantu mereka dalam menemukan strategi belajar yang tepat (contoh : scaffolding)

Metode
· Microworlds = program yang memperbolehkan siswa untuk mengeksplorasi dan menemukan, di dalam program tersedia poin yang dapat disesuaikan dengan pembelajar, contoh : science vision adalah program komputer yang memperbolehkan siswa untuk melakukan eksprimen scientific yang biasanya dilarang dilakukan oleh anak seusia mereka karena berbahaya.
· Hypermedia design = beragam informasi tercantum dalam program ini yang memudahkan pembelajar untuk mencari jenis informasi yang mereka inginkan.
· Cognitive apprenticeships = siswa melakukan magang mengenai pekerjaan yang membutuhkan kemampuan kognitif tertentu, agar mereka memiliki kesempatan untuk mempraktekan pengetahuan yang mereka pelajari di sekolah
· Collaborative learning dapat ditemukan pada Computer-based tool , contoh : Open software merupakan program yang dengan mudah dapat diadaptasi sesuai kebutuhan pengguna, malalui bubble dialogue anak akan menuangkan apa yang terdapat dalam pemikiran mereka.

Kelebihan pembelajaran secara konstruktivisme :
1. Berpikir --> murid secara aktif berpikir ketika hendak meyelesaikan masalah yang dihadapi,mencari ide,dan mengambil keputusan.
2. Pemahaman --> Pemahaman murid tentang sesuatu konsep dan ide lebih jelas apabila mereka terlibat secara langsung dalam pembinaan pengetahuan baru. Seorang murid yang memahami apa yang dipelajari akan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang baru dalam kehidupan dan situasi baru
3. Ingat --> dengan memahami suatu konsep, akan mudah bagi siswa untuk mengingat konsep itu karena murid secara aktif mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Yakin --> Murid yang belajar secara konstruktivisme diberi peluang untuk membina sendiri pemahaman mereka tentang sesuatu, hal ini menjadikan mereka lebih yakin kepada diri sendiri dan berani menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru
5. Kemampuan sosial --> Dengan kemampuan sosial yang baik, anak akan mampu menghadapi masalah di sekitar mereka. Hal inilah yang dibina di dalam kelas melalui interaksi antara murid dengan murid atau murid dengan guru.

Referensi
Driscoll, Marcy P. 1994. Psychology of Learning for Instruction. Boston : Allyn and Bacon
http://www.docstoc.com/docs/downloadDoc.aspx?doc_id=22503694 (Pembelajaran secara konstruktivisme, akses 10 November 2010)